yang terkait dengan aktifitasnya seperti jasa konstruktsi,manufaktur ,industry kimia.transportasi,migas,dan lainnya. Kebijakan K3 yang telah ditetapkan manajemen.program K3 harus sejalan dengan kebijakan K3 organisasi. Rekaman kejadian atau kecelakaan yang pernah terjadi
Nama Galih Rema Rianto Kelas 2IC06 NPM 22416959 18 November 2017 TUGAS AMDAL DAMPAK INDUSTRI PABRIK ROTI TERHADAP LINGKUNGAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas softskill , pengetahuan tentang dampak perindustrian sebuah pabrik roti terhadap lingkungan sekitar. Dimana sekarang ini sebenarnya sudah lumayan banyak perindustrian roti rumahan ataupun pabrik. Tentu dengan adanya usaha tersebut dapat mengurangi jumlah pengangguran di Lingkungan sekitar pabrik tersebut. Dalam tugas pembuatan makalah ini, kami memilih dampak Pabrik roti terhadap lingkungan sekitar karena dalam pandangan kami, sebuah pabrik roti selain menghasilkan dampak positif terhadap lingkungan, pasti mempunyai dampak negatifnya pula untuk masyarakat. Dimana sebuah perindustrian pasti akan menghasilkan limbah ataupun polusi baik suara ataupun udara. Tujuan Penulisan Sebagai pengetahuan macam-macam dampak positif ataupun positif dari sebuah Perindustrian. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek dampak negatif dan positif suatu perindustrian. BAB II LANDASAN TEORI Dampak Industri Terhadap Lingkungan Dampak Positif Pembangunan dan perkembangan industri mengakibatkan terjadi perubahan-perubahan di berbagai aspek sosial ekonomi masyarakat, perubahan tersebut meliputi perubahan mata pencaharian, perubahan jumlah kesempatan, perubahan tingkat pendapatan, dan perubahan jumlah sarana dan prasarana. Perubahan-perubahan tersebut kemudian menimbulkan dampak positif maupun negative. Dampak positif pembangunan industri merupakan kondisi perubahan dalam masyarakat akibat adanya pembangunan industri yang memberikan keuntungan meningkat baik langsung maupun tidak langsung dari kondisi sebelumnya. Penciptaan Peluang Usaha dan Pekerjaan Kehadiran industri membawa pengaruh terhadap mata pencaharian penduduk, dimana sebelum adanya industri sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan sebagian lagi terbagi dalam beberapa mata pencaharian tertentu saja seperti buruh industri batu bara dan sebagainya. Dengan dibangun dan berkembangnya industri masyarakat mempunyai peluang usaha yang lebih luas. Sektor pekerjaan lain yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah usaha berdagang, misalnya masyarakat asli desa membangun warung-warung kecil di rumah yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, selain lebih ekonomis juga mudah untuk di jangkau1. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Bertambahnya jumlah sarana dan prasarana setelah berkembangnya industri telah memberikan kemudahan-kemudahan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas masyarakat sebelum berkembang industri lebih banyak dilakukan untuk pergi ke sawah, atau ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari atau menjual hasil pertaniannya, namun saat ini masyarakat dapat dengan mudah melakukan berbagai kegiatan dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai baik yang disediakan oleh perusahaan maupun pemerintah daerah. Walaupun ketersediaan sarana dan prasarana tersebut belum semua dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat khususnya yang memerlukan pengeluaran biaya besar seperti pemasangan telepon, tetapi setidaknya sarana dan prasarana yang tersedia lebih mudah dijangkau dan biaya yang relatif ekonomis, misalnya sekolah-sekolah dasar, pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu, tempat ibadah, dan sarana olahraga. Sementara untuk sarana jalan umum tidak hanya dapat dimanfaatkan langsun oleh pihak perusahaan, dan masyarakat lapisan menengah keatas yang memiliki kenderaan, tetapi juga masyarakat lapisan menengah kebawah juga dapat memanfaatkannya dengan tersedianya angkutan umum yang masuk dalam wilayah desa, sehingga masyarakat desa tidak perlu lagikeluar wilayah dengan berjalan kaki atau menggunakan kenderaan yang tidak memadai untuk menujukota kecamatan atau kota kabupaten. Dampak Negatif Pembangunan industri di satu sisi memberikan perubahan yang berdampak positif namun di sisi lain juga membawa perubahan yang berdampak negatif, dampak negatif tersebut antara lain terjadinya pencemaran terhadap lingkungan sekitar industri seperti polusi air bersih, polusi kebisingan suara, dan polusi udara. Selain pencemaran lingkungan dampak negatif yang terjadi antara lain adanya potensi konflik akibat adanya kecemburuan sosial antara masyarakat asli desa dengan masyarakat pendatang dalam hal kemudahan mengakses pekerjaan khususnya di sektor industri. Pencemaran Lingkungan Dampak negatif terhadap pencemaran lingkungan seperti polusi air, polusi udara, polusi tanah, dan lain-lain yang membahayakan kelangsungan hidup semua makhluk. Berbagai upaya telah dilakukan baik oleh pihak perusahaan sendiri maupun Pemerintah Daerah untuk memperkecil resiko pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh aktifitas industri. Pencemaran Air Bersih Upaya yang telah dilakukan dalam mengurangi atau memperkecil terjadinya resiko pencemaran linkungan memang tidak sepenuhnya menjamin untuk tidak adanya masalah pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan terjadi mengenai air sumur penduduk yang terkontaminasi dengan limbah yang berasal dari perusahaan. Kapasitas limbah yang cukup banyak sementara kualitas dan kapasitas penampung limbah kurang memadai akibatnya limbahmenyerap dalam tanah sampai ke air sumur masyarakat. Polusi Kebisingan Suara Selain pencemaran terhadap air sumur penduduk, pencemaran juga terjadi akibat kebisingan suara yang dihasilkan oleh aktifitas produksi yang melebihi batas. Salah satu cara menguranginya adalah dengan melakukan perbaikan kualitas bangunan agar dapat menurunkan intensitas bising dan menambah pepohonan di sekitar pabrik. Polusi Udara Pencemaran lingkungan yang juga terjadi adalah polusi udara, dimanapolusi tersebut berasal dari kegiatan mesin-mesin produksi pabrik yang pembuangan limbah asapnya melalui cerobong perusahaan, terutama perusahaan yang dalam produksi lebih banyak melakukan kgiatan pembakaran. Selainpolusi udara dihasilkan dari kegiatan industri, polusi udara juga terjadi akibat banyaknya truk-truk perusahaan yang berkapasitas besar keluar masuk pabrik untuk mengangkut hasil produksi perusahaan, hal ini yang kemudian jalan mudah rusak dan menimbulkan debu-debu tebal di jalan. Selain itu , Limbah industri nya juga masih mempunyai nilai ekonomis yaitu Limbah produksi seperti sisa cake dan tart dapat di olah kembali menjadi adonan pralin kemudian di cetak dan didinginkan di dalam pendingin sudah menjadi tart dengan variasi baru. Limbah putih telur, dapat digunakan untuk membuat beraneka macam brownis dan cake oleh warga sekitar dan bisa di jual kembali. Limbah roti di jual pada warga sekitar untuk digunakan sebagai pakan ternak. Karena sejatinya Limbah padat industri bakery roti merupakan salah satu bahan pakan yang banyak mengandungkarbohidrat. Pembuatan pakan ternak tidak hanya berasal dari limbah roti, akan tetapi diperlukan bahan-bahan yang lain dalam bentuk formulasi. Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu menggunakan tabel patokan kebutuhan nutrisi. Limbah Kacang-kacangan, serealia, biji-bijian dan lain lain bisa di jadika sebagai olahan pakan penguat atau konsentrat yang terbentuk sebagai tepung. Pakan yg mudah di cerna karena pakan penguat atau konsentrat terbuat dari berbagai bahan pakan sumber energi Karbohidrat. Limbah industri bakery selanjutnya yang masih memiliki nilai ekonomis adalah cangkang telur. Cangkang telur di kumpulkan dan di jual ke warga sekitar atau pengepul untuk di jadikan salah satu bahan kerajinan tangan seperti lukisan dengan kanvas atau lukisan pada botol kaca yang bisa di jual kembali dengan harga jual yang lebih tinggi. Dan adapun Cara Pengolahan Limbah Roti Sebagai Berikut Proses Pengelolaan Limbah Industri Roti Limbah industry bakery harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian terhadap lingkungan sekitar. Tidak adanya pengelolaan terhadap limbah dapat menimbulkan dampak, diantaranya adalah 1 pencemaran saluran air oleh limbah cair ; 2 penyumbatan drainase jalan ; 3 dapat menimbulkan bau busuk 4 dapat tergenang jika terjadi banjir. Limbah industry bakery dapat berupa limbah cair maupun limbah padat. Proses pengelolaan limbah cair dan limbah padat pada industry bakery adalah sebagai berikut Pengelolaan Limbah Cair Pengelolaan limbah cair bertujuan untuk menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut, serta penyisihan unsure hara berupa nitrogen dan fosfor. Secara umum pengolahan limbah cair dibedakan menjadi tiga, yaitu pengolahan primer, pengolahan sekunder dan pengolahan tersier. Pengolahan primer merupakan pengolahan secara fisik untuk meyisihkan benda-benda terapung atau padatan tersuspensi terendapkan. Pengolahan primer berupa penyaringan kasar, dan memisahkan bahan inert seperti butiran pasir atau tanah. Pengolahan sekunder merupakan proses biologis. Pengolahan secara biologis pada prinsipnya adalah pemanfaatan aktivitas mikroorganisme seperti bakteri dan protozoa. Mikroba tersebut mengkonsumsi polutan biodegradable dan mengkonversi polutan menjadi karbondioksida, air dan energi untuk pertumbuhannya. Kondisi lingkungan pada pengolahan sekunder harus diatur guna mengoptimalkan pertumbuhan mikroba. Sistem pengolahan limbah cair secara aerobik dapat menggunakan sistem lumpur aktif activated sludge, Rotating Biological Contractor RBC dan kolam oksidasi. Pengolahan sekunder dapat menurunkan kandungan BOD dan TSS pada limbah cair, akan tetapi efluen masih mengandung ammonium dan fosfor dalam bentuk terlarut. Ammonium atau ammonia merupakan nutrisi bagi biota air, sehingga jika limbah cair mengandung ammonia, maka akan terjadi pertumbuhan biota air yang berlebihan sehingga menimbulkan pendangkalan badan air. Hal demikian harus dikendalikan dengan pengolahan tersier pada limbar cair. Sistem yang dapat digunakan dalam pengolahn tersier adalah filtrasi pasir, eliminasi nitrogen nitrifkasi dan denitrifikasi dan eliminasi fosfor. Setelah melakukan pengolahan Sekunder, selanjutnya dilanjut ke pengolahan tersier yaitu limbah cair dialirkan ke IPAL Instalasi Pengelolaan Air Limbah. Pengelolaan Limbah Padat Salah satu perusahaan bakery di Indonesia yaitu PT Mirota Indah Indonesia menghasilkan limbah padat yang cukup besar. Limbah produksi seperti sisa cake dan tart di olah kembali menjadi adonan pralin kemudian di cetak dan didinginkan menjadi tart dengan variasi baru ; limbah putih telur digunakan untuk membuat beraneka macam brownis dan cake ; limbah roti di jual pada konsumen untuk digunakan sebagai pakan ternak. Limbah padat industri bakery roti pada umunya digunakan sebagai pakan ternak. Limbah industri roti, merupakan salah satu bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat. Pembuatan pakan ternak tidak hanya berasal dari limbah roti, akan tetapi diperlukan bahan-bahan yang lain dalam bentuk formulasi. Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu menggunakan tabel patokan kebutuhan nutrisi. Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa simpan. Teknik pengolahan pakan dari limbah industri bakery dapat dilakukan dengan cara pembuatan pakan penguat. Pakan penguat atau keonsentrat yang terbentuk seperti tepung. Pakan penguat bersifat mudah dicerna karena terbuat dari berbagai bahan pakan sumber energi karbohidrat seperti serealia, biji-bijian, bungkil, kacang-kacangan, dan lain-lain. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat yang tinngal di daerah sekitar industri roti banyak memberikan respon terhadap aktivitas produksi roti tersebut, baik respon positif maupun respon negatif Saran Sebagian besar industri roti membuang limbahnya ke perairan macam polutan yang di hasilkan mungkin berupa polutan organic berbau busuk, polutan anorganik berbau dan berwarna. Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air untuk limbah industri, karena limbah dari industri tahu mengandung polutan organik dan anorganik, maka air limbah tersebut tidak bisa langsung di buang ke sungai, tetapi harus diolah terlebih dahulu sebelum di buang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran. Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak membuang limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang limbah ke sungai dan disembarang tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan – peraturan yang diterapkan di lingkungan masing – masing secara konsekuen. Limbah industri hendaknya dibuang pada wadah yang telah di sediakan. Masyarakat di sekitar sungai perlu memperhatikan kebersihan lingkungan dan perlu memahami mengenai pemanfaatan sungai, agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan limbah. Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman. Limbah Industri hendaknya diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa di alirkan ke sungai. Dengan demikian akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.

i Pembakaran Baking Baking merupakan tahap pematangan adonan menjadi roti sehingga dapat dicerna oleh tubuh. Dalam proses pembakaran juga akan didapatkan aroma yang khas. Selama 28 proses pembakaran volume roti juga akan bertambah dalam waktu 6-5 menit pertama didalam oven. Proses pembakaran roti memerlukan suhu atas 200 dan suhu bawah 215

ArticlePDF AvailableAbstractUKM Ahnaf Bakery adalah salah satu usaha di bidang olahan pangan yang memproduksi roti. Usaha roti ini berdiri di Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor selama 2 tahun terakhir. Permasalahan yang terjadi pada UKM Ahnaf Bakery penulis mengamati masih tidak memenuhi pedoman GMP dari hasil observasi awal ditemukan beberapa aspek GMP yang tidak memenuhi seperti aspek bangunan dan fasilitas, karyawan, pemeliharaan dan sanitasi hingga penyimpanan. Permasalahan yang terkait dengan sanitasi ditinjau dari pelaksanaan SSOP di UKM Ahnaf Bakery misalnya dalam hal jaminan kebersihan yang belum memadai dengan belum adanya kontrol dan pemeriksaan laboratorium terhadap air yang digunakan untuk produksi dan belum adanya pengecekan kesehatan karyawan. Selain itu pihak UKM Ahnaf Bakery juga belum dapat menerapkan sistem HACCP karena beberapa kendala seperti masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia yang memahami sistem manajemen HACCP. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penerapan GMP dan SSOP di UKM Ahnaf Bakery, serta mengidentifikasi potensi resiko dan bahaya pada tahapan proses produksi roti UKM Ahnaf Bakery dengan menggunakan sistem HACCP terhadap persyaratan standar yang telah ditentukan oleh pemerintah, yang selanjutnya dirumuskan rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas yang harus dilakukan sebagai upaya perbaikan dalam menjamin kualitas dan keamanan roti di UKM Ahnaf Bakery. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan pelaksanaan GMP pada produksi Roti di UKM Ahnaf Bakery memiliki kategori Cukup Memenuhi Sedang dengan hasil penilaian rata-rata penerapan GMP sebesar 62 %. Penerapan SSOP pada produksi Roti di UKM Ahnaf Bakery memiliki kategori Cukup Memenuhi Sedang dengan hasil penilaian rata-rata penerapan SSOP sebesar 53,33%. Pada analisa bahaya untuk menentukan titik kendali kritis CCP menggunakan konsep HACCP di UKM Ahnaf Bakery didapatkan sembilan tahapan proses pembuatan roti yang dianggap sebagai CCP yaitu proses penerimaan bahan kering, penerimaan bahan lemak, pengovenan roti, pendinginan roti, pembuatan krim, penyimpanan krim, pemberian krim dan toping, pengemasan dan penyimpanan produk akhir. Rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas produk roti yang dirumuskan berdasarkan hasil penelitian antara lain penerapan aplikasi GMP, SSOP dan HACCP, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan, meningkatkan pengawasan mutu bahan baku, pemeliharaan mesin dan peralatan produksi dan meningkatkan pengawasan dan pengendalian kinerja produksi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Jurnal Teknologi dan Manajemen ISSN Print 1693-2285 ISSN Online 2808-9995 This is an open access article under the CC–BY-NC license Klik di sini dan tulis Kategori Artikel Anda Analisis Pengendalian Kualitas Produk Roti Menggunakan Metode Good Manufacturing Practices GMP Dan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP Pada UKM Ahnaf Bakery Amalia Nurrahmah1, Sri Hartini1, Prita Pantau Putri Santosa1 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta Diterima 05 Juli 2022 Direvisi 28 Juli 2022 Diterbitkan 14 Agustus 2022 UKM Ahnaf Bakery adalah salah satu usaha di bidang olahan pangan yang memproduksi roti. Usaha roti ini berdiri di Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor selama 2 tahun terakhir. Permasalahan yang terjadi pada UKM Ahnaf Bakery penulis mengamati masih tidak memenuhi pedoman GMP dari hasil observasi awal ditemukan beberapa aspek GMP yang tidak memenuhi seperti aspek bangunan dan fasilitas, karyawan, pemeliharaan dan sanitasi hingga penyimpanan. Permasalahan yang terkait dengan sanitasi ditinjau dari pelaksanaan SSOP di UKM Ahnaf Bakery misalnya dalam hal jaminan kebersihan yang belum memadai dengan belum adanya kontrol dan pemeriksaan laboratorium terhadap air yang digunakan untuk produksi dan belum adanya pengecekan kesehatan karyawan. Selain itu pihak UKM Ahnaf Bakery juga belum dapat menerapkan sistem HACCP karena beberapa kendala seperti masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia yang memahami sistem manajemen HACCP. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis penerapan GMP dan SSOP di UKM Ahnaf Bakery, serta mengidentifikasi potensi resiko dan bahaya pada tahapan proses produksi roti UKM Ahnaf Bakery dengan menggunakan sistem HACCP terhadap persyaratan standar yang telah ditentukan oleh pemerintah, yang selanjutnya dirumuskan rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas yang harus dilakukan sebagai upaya perbaikan dalam menjamin kualitas dan keamanan roti di UKM Ahnaf Bakery. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan pelaksanaan GMP pada produksi Roti di UKM Ahnaf Bakery memiliki kategori Cukup Memenuhi Sedang dengan hasil penilaian rata-rata penerapan GMP sebesar 62 %. Penerapan SSOP pada produksi Roti di UKM Ahnaf Bakery memiliki kategori Cukup Memenuhi Sedang dengan hasil penilaian rata-rata penerapan SSOP sebesar 53,33%. Pada analisa bahaya untuk menentukan titik kendali kritis CCP menggunakan konsep HACCP di UKM Ahnaf Bakery didapatkan sembilan tahapan proses pembuatan roti yang dianggap sebagai CCP yaitu proses penerimaan bahan kering, penerimaan bahan lemak, pengovenan roti, pendinginan roti, pembuatan krim, penyimpanan krim, pemberian krim dan toping, pengemasan dan penyimpanan produk akhir. Rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas produk roti yang dirumuskan berdasarkan hasil penelitian antara lain penerapan aplikasi GMP, SSOP dan HACCP, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan, meningkatkan pengawasan mutu bahan baku, pemeliharaan mesin dan peralatan produksi dan meningkatkan pengawasan dan pengendalian kinerja produksi. Good Manufacturing Practice GMP , Hazard Analysis Critical Control Point HACCP, Pengendalian Kualitas, Sanitation Standard Operational Procedures SSOP, Sistem Keamanan Pangan E-mail Author Korespondensi amalianurrahmah46 PENDAHULUAN Perkembangan di era globalisasi, teknologi serta informasi yang terus berkembang membawa dampak untuk industri supaya dapat turut dalam bersaing. Persaingan disebuah industri akan memberikan dampak positif untuk industri tersebut. Salah satu yang dapat dilakukan perusahan dengan melaksanakan strategi bisnis serta meningkatkan mutu hasil produksi, supaya sanggup bertahan dalam persaingan bisnis di era globalisasi yang terus menjadi ketat Rizki, 2019. Oleh karena itu, industri wajib melaksanakan pengendalian kualitas supaya produk yang dihasilkan terjamin hingga ke konsumen, sehingga industri bisa mempertahankan standar industri yang sudah ditetapkan. Dengan demikian, kelangsungan produksi dari suatu industri tetap terjamin serta industri bisa mempertahankan konsumen dan menciptakan keuntungan Febilyvia, 2021. Salah satu industri yang harus ketat dalam pelaksanaan pengendalian kualitas adalah industri pangan. Tuntutan konsumen atas jaminan mutu keamanan pangan menjadi sangat vital bagi industri dan bisnis pangan. Konsumen berkeyakinan bahwa produk yang aman tidak dapat hanya dijamin dengan hasil uji produk akhir di laboratorium, melainkan dapat diperoleh dari bahan baku yang baik, NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI ditangani dengan baik, diolah, didistribusikan dengan baik, dan diproses oleh tenaga yang kompeten Saninta, 2020. Usaha menjamin keamanan pangan di tingkat manufaktur diawali dengan praktik cara produksi pangan yang baik Good Manufacturing Practices. Good Manufacturing Practices GMP adalah kaidah atau pedoman cara pengolahan makanan yang baik dan benar untuk menghasilkan makanan atau produk akhir yang aman, bermutu dan sesuai dengan selera konsumen Febilyvia, 2021. UKM Ahnaf Bakery adalah salah satu usaha di bidang olahan pangan yang memproduksi roti. Usaha roti ini berdiri di Kecamatan Gunungputri Kabupaten Bogor selama 2 tahun terakhir. UKM Ahnaf Bakery memproduksi roti kurang lebih sebanyak bungkus dalam satu kali produksi dengan bermacam varian jenis dan rasa. Mengingat banyaknya kapasitas yang dibuat, sehingga penting menerapkan cara produksi pangan yang baik oleh UKM Ahnaf Bakery sebagai upaya preventif agar pangan yang siap dikonsumsi tersebut bersifat aman, layak dikonsumsi dan berkualitas. Proses produksi Roti di UKM Ahnaf Bakery masih tidak memenuhi standar penerapan sistem Good Manufacturing Practices GMP menurut Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75 Tahun 2010, Sanitation Standard Operating Procedures SSOP dan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP. Berdasarkan observasi awal terhadap pengendalian kualitas yang dijalankan oleh UKM Ahnaf Bakery peneliti mengamati masih tidak memenuhi pedoman Peraturan Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 75/M-IND/PER/7/2010 tentang Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik. Konsep GMP segala yang berhubungan dengan produk dipastikan harus bersih, baik bahan baku yang digunakan, peralatan produksi, proses produksi serta kesehatan dan higiene karyawan. Berikut adalah Tabel 1 yang merupakan hasil observasi awal pada UKM Ahnaf Bakery. Tabel 1. Hasil Observasi Awal Ketidaksesuaian Terhadap GMP Aspek Ketidaksesuaian GMP Karyawan tidak menggunakan perlengkapan hygiene yang lengkap Pemeliharaan dan Sanitasi Pintu ruangan yang tidak tertutup Penyimpanan bahan baku yang tidak sesuai Sumber UKM Ahnaf Bakery, 2022 Dari hasil observasi awal pada Tabel dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi disebabkan oleh lingkungan, faktor manusia, dan bahan baku. Pada aspek bangunan dan fasilitas ditemukan ventilasi udara yang minim, hal ini akan menyebabkan suhu udara dilantai produksi menjadi panas sehingga berpengaruh terhadap kinerja karyawan yang akan membuat adonan roti. Kemudian pada aspek karyawan, karyawan yang tidak menggunakan perlengkapan APD, hal tersebut juga akan berpengaruh pada tingkat kebersihan roti. Aspek Pemeliharaan dan Sanitasi, ditemukan tempat sampah yang terbuka dan dekat dengan bahan baku. Hal ini akan berpengaruh pada adonan roti karena tingkat kontaminasi yang cukup tinggi. Selanjutnya pada aspek bangunan, pintu ruang produksi yang tidak tertutup karena beberapa keperluan karyawan di tempat produksi, sehingga hal ini dapat memunculkan resiko kontaminasi dari luar dan yang terakhir pada aspek penyimpanan, dimana penyimpanan bahan baku yang dilakukan oleh Ahnaf Bakery masih tidak sesuai yaitu bahan baku diletakan dilantai, hal ini juga dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan baku. Permasalahan yang terkait dengan sanitasi ditinjau dari pelaksanaan Sanitation Standard Operational Procedures SSOP di UKM Ahnaf Bakery misalnya dalam hal jaminan kebersihan yang belum memadai dengan belum adanya kontrol dan pemeriksaan laboratorium terhadap air yang digunakan untuk produksi dan belum adanya pengecekan kesehatan karyawan. Beberapa permasalahan terkait SSOP tersebut dikhawatirkan dapat memunculkan kontaminasi pada produk yang dibuat. Selain itu pihak UKM Ahnaf Bakery juga belum dapat menerapkan sistem HACCP karena beberapa kendala seperti masih terbatasnya kualitas sumber daya manusia yang memahami sistem manajemen HACCP. Masalah pendanaan juga masih menjadi hal yang cukup mendasar karena UKM Ahnaf Bakery sejauh ini masih berupaya dan berfokus pada pengembangan dan pertumbuhan usaha sehingga belum ada pengalokasian dana secara khusus untuk menerapkan sistem manajemen keamanan pangan HACCP secara utuh dan menyeluruh. Berdasarkan kondisi tersebut, dengan permasalahan yang terjadi pada UKM Ahnaf Bakery maka harus segera diperbaiki, jika dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap kualitas dan keamanan roti. Oleh karena itu, perlu adanya sistem jaminan kualitas dan keamanan pangan bagi industri pengolahan pangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah untuk menghasilkan pangan yang aman dan sehat yang dikenal dengan istilah Good Manufacturing Practices GMP, Sanitation Standard Operating Procedures SSOP dan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis penerapan GMP dan SSOP di UKM Ahnaf Bakery, serta mengidentifikasi potensi resiko dan bahaya pada tahapan proses produksi roti UKM Ahnaf Bakery dengan menggunakan sistem HACCP terhadap persyaratan standar yang telah ditentukan oleh pemerintah, yang selanjutnya dirumuskan rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas yang harus dilakukan sebagai upaya perbaikan dalam menjamin kualitas dan keamanan roti di UKM Ahnaf Bakery. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang dirumuskan pada penelitian ini adalah Bagaimana penerapan sistem Good Manufacturing Practices GMP, Sanitation Standard Operating Procedures SSOP dan sistem Hazard Analysis Critical Control Point pada proses produksi roti di UKM Ahnaf Bakery? NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 DOI Nurrahmah, et al. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah mengetahui penerapan sistem Good Manufacturing Practices GMP, Sanitation Standard Operating Procedures SSOP dan sistem Hazard Analysis Critical Control Point pada proses produksi roti di UKM Ahnaf Bakery. Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dilakukan sebagai laporan Tugas Akhir yang bertujuan agar penulis dapat mengembangkan pengetahuan dan mengaplikasikan keilmuan yang telah dipelajari selama berkuliah di program studi Strata 1 Teknik Industri Universitas Indraprasta PGRI. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi masukan rekomendasi dalam peningkatan pengendalian kualitas produk roti dengan pendekatan GMP dan HACCP. METODE Metode Penelitian yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Sugiyono 2010, dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuannya. Metode analisis deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci dengan menggambarkan segala fakta yang ada, mengidentifikasi masalah dan membuat perbandingan atau evaluasi terhadap informasi atau data yang diperoleh Damanik, 2012. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mendeskripsikan bagaimana kesenjangan penerapan sistem GMP, SSOP dan mengidentifikasi penerapan sistem HACCP pada Ahnaf Bakery dan menetapkan rekomendasi alternatif strategi yang harus dilakukan untuk perbaikan pengendalian kualitas roti Ahnaf Bakery. Mengidentifikasi Penyimpangan Penerapan GMP dan SSOP Menggunakan Formulir Checklist Penilaian GMP dan SSOP Pada langkah ini adalah mengidentifikasi gap kesenjangan antara prosedur yang dilakukan dengan prosedur standar tertulis dengan menentukan bobot skor terhadap penerapan setiap persyaratan GMP dan SSOP di perusahaan menggunakan gap analysis checklist. Penentuan atau pemberian bobot skor tersebut dilakukan dengan cara membandingkan antara penerapan persyaratan GMP dan SSOP di perusahaan dengan standar GMP menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 75 tahun 2010 dan standar SSOP menurut Food and Drug Administration FDA 1995 dan National Seafood HACCP Alliance for Training and Education NSHATE 1999. Langkah selanjutnya adalah perhitungan persentase penerapan masing-masing aspek GMP dan SSOP dari penjumlahan bobot. Penentuan bobot skor adalah sebagai berikut Bakhtiar dan Purwanggono, 2009 a. Skor 1 Jika organisasi atau perusahaan tidak melakukan aktivitas tersebut. b. Skor 2 Jika organisasi atau perusahaan memahami aktivitas tersebut adalah suatu hal baik untuk dilakukan tetapi tidak/ belum melakukannya atau ada persyaratan aktivitas yang belum dipenuhi. c. Skor 3 Jika organisasi atau perusahaan melakukan aktivitas tersebut terkadang saja belum konsisten. d. Skor 4 Jika organisasi atau perusahaan melakukan aktivitas tersebut tetapi belum sempurna/ belum maksimal. e. Skor 5 Jika organisasi atau perusahaan melakukan aktivitas tersebut dengan baik. Perhitungan persentase penerapan dari penjumlahan bobot adalah sebagai berikut % 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 = ∑𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑖𝑎𝑝 𝑃𝑎𝑡𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟∑𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100% Range persentase penerapan dari penjumlahan bobot berarti sebagai berikut Bakhtiar dan Purwanggono, 2009 a. 75%-100% Program SSOP dan GMP organisasi atau perusahaan telah memenuhi persyaratan standar SSOP menurut FDA 1995 dan NSHATE 1999 dan persyaratan standar GMP menurut Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75 Tahun 2010. b. 50% - 74% Program SSOP dan GMP perusahaan atau organisasi masih harus diperbaiki guna memenuhi persyaratan standar SSOP dan GMP dan meningkatkan keefektifan penerapan program SSOP dan GMP. c. 1% - 49% Program SSOP dan GMP organisasi atau perusahaan sangat butuh perbaikan karena berbeda jauh dari persyaratan standar SSOP menurut FDA 1995 dan NSHATE 1999 dan persyaratan standar GMP menurut Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75 Tahun 2010. Penyusunan Hazard Analysis and Critical Control Point HACCP HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan preventive yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen. Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi masal dan didistribusikan. Konsep HACCP menurut CAC terdiri dari 12 langkah, di mana 7 prinsip HACCP tercakup pula di dalamnya. Langkah-langkah penyusunan dan penerapan sistem HACCP menurut CAC disajikan pada Gambar 1. NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI Gambar 1. Langkah Penyusunan HACCP Perumusan Rekomendasi Alternatif Strategi Perbaikan Pengendalian Kualitas Menggunakan Analytical Hierarchy Process AHP Analitycal Hierarchy Process AHP merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam pengambilan suatu keputusan pada sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Dalam mempergunakan prinsip ini, AHP dapat digunakan untuk merangsang timbulnya gagasan untuk melakukan tindakan kreatif dan untuk mengevaluasi keefektifan tindakan tersebut. Selain itu untuk membantu para pemimpin dalam menetapkan informasi apa yang patut dikumpulkan guna mengevaluasi pengaruh faktor-faktor relevan dalam situasi kompleks, juga dapat melacak ketidakkonsistenan dalam pertimbangan dan preferensi peserta, sehingga para pemimpin mampu menilai mutu pengetahuan para anggota mereka dan pemantapan pemecahan masalah Saaty, 1993. Kelemahan dan penyimpangan yang terjadi pada proses ditelusuri sebab - sebabnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelemahan proses sehingga menimbulkan adanya produk cacat diantaranya ditelusuri dari mesin, karyawan, metode dan bahan baku. Analisa untuk mengidentifikasi masalah penyebab dan solusi yang diinginkan tersebut dilanjutkan menggunakan Metode Pembobotan Analitical Hierarchy Process AHP dengan menggunakan bantuan tools Criterium Decision Plus Student Version HASIL DAN DISKUSI Analisis Kesenjangan GAP Analysis Penerapan Good Manufacturing Practices GMP GMP Good Manufacturing Practice sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-IND/PER/7/2010 terdapat beberapa aspek yaitu lokasi, bangunan, fasilitas sanitasi, mesin/peralatan, bahan, pengawasan proses, produk akhir, laboratorium, karyawan, pengemas, label dan keterangan produk, penyimpanan serta progam sanitasi. Penilaian penerapan GMP Good Manufacturing Practice dilakukan dengan pengamatan langsung di lapang dan melakukan check list terhadap kondisi aspek-aspek GMP di UKM Ahnaf Bakery kemudian dilakukan rekapitulasi secara rinci dan dihitung presentase penerapan setiap aspek GMP. Berikut merupakan contoh pengolahan gap analysis GMP aspek lokasi pada UKM Ahnaf Bakery Tabel 2. Analisis Kesenjangan GMP Aspek Lokasi Sumber Penelitian, 2022 Perhitungan persentase penerapan dari penjumlahan bobot adalah sebagai berikut. Diketahui ∑ Skor Tiap Parameter = 5 + 5 + 5 + 3 + 4 + 2 + 4 = 28 ∑ Skor Maksimal = Jumlah Parameter x Skor Maks = 7 x 5 = 35 Persentase Penerapan = 28 x 100% = 80% 35Berdasarkan hasil pengolahan data GAP analisis penerapan GMP di UKM Ahnaf Bakery, diperoleh rata-rata skor penerapan keseluruhan sebesar 62% atau termasuk dalam kategori Cukup memenuhi Sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan GMP pada produksi roti di UKM Ahnaf Bakery masih harus diperbaiki guna memenuhi persyaratan standar menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 75/M-IND/PER/7/2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik dan meningkatkan keefektifan penerapan program GMP. Berdasarkan hasil penelitian masih terdapat beberapa penyimpangan atau kesenjangan Lokasi pabrik tempat produksi jauh dari daerah lingkungan yang tercemar. Lokasi pabrik tempat produksi jauh dari tempat pembuangan sampah umum, limbah atau pemukiman penduduk kumuh. Pabrik tempat produksi berada di daerah bebas banjir. Lingkungan pabrik tempat produksi bersih dan bebas dari tumpukan sampah. Lingkungan pabrik tempat produksi bebas dari semak- semak atau daerah sarang hama. Lingkungan di luar bangunan pabrik yang terbuka tidak digunakan untuk kegiatan produksi. Kondisi jalan menuju pabrik tempat produksi yang baik. Total Skor 28/35 x 100% NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 DOI Nurrahmah, et al. pada penerapan beberapa parameter dari masing- masing aspek GMP. Dari hasil analisis GAP pada tabel 2 diketahui bahwa persentase pemenuhan penerapan tertinggi terdapat pada penerapan aspek bahan sebesar 88,89% yang artinya penerapan aspek laboratorium di UKM Ahnaf Bakery telah memenuhi persyaratan standar GMP menurut Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75 Tahun 2010, sedangkan persentase pemenuhan penerapan terendah yaitu pada penerapan aspek Laboratorium sebesar 20% yang artinya penerapan aspek pelatihan di UKM Ahnaf Bakery sangat butuh perbaikan karena berbeda jauh dari persyaratan standar GMP dan meningkatkan keefektifan penerapan program GMP Analisis Kesenjangan GAP Analysis Penerapan Sanitation Standard Operating Procedures SSOP Penilaian penerapan Sanitation Standard Operational Procedures SSOP dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan melakukan check list terhadap kondisi aspek-aspek SSOP di UKM Ahnaf Bakery kemudian dilakukan rekapitulasi secara rinci dan dihitung presentase penerapan setiap aspek SSOP yang telah ditetapkan menurut FDA 1995 dan NSHATE 1999. Tabel 4 menunjukkan pengolahan gap analysis SSOP aspek keamanan air pada UKM Ahnaf Bakery. Berdasarkan hasil pengolahan data GAP analisis penerapan SSOP di UKM Ahnaf Bakery, diperoleh rata-rata skor penerapan keseluruhan sebesar 61,14% atau termasuk dalam kategori Cukup memenuhi Sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan SSOP pada produksi roti di UKM Ahnaf Bakery masih harus diperbaiki guna memenuhi persyaratan standar SSOP menurut FDA 1995 dan NSHATE 1999 dan meningkatkan keefektifan penerapan program SSOP. Berdasarkan hasil penelitian, masih terdapat beberapa penyimpangan atau kesenjangan pada penerapan beberapa parameter dari masing-masing aspek SSOP. Dari hasil analisis GAP pada tabel 3 diketahui bahwa persentase pemenuhan penerapan tertinggi terdapat pada penerapan aspek keamanan air sebesar 78% yang artinya penerapan aspek keamanan air di UKM Ahnaf Bakery telah memenuhi persyaratan standar SSOP menurut FDA 1995 dan NSHATE 1999, sedangkan persentase pemenuhan penerapan terendah yaitu pada penerapan aspek menjaga fasilitas cuci tangan, sanitasi tangan dan toilet sebesar 53,33% yang artinya penerapan aspek fasilitas sanitasi di UKM Ahnaf Bakery masih harus diperbaiki guna memenuhi persyaratan standar SSOP dan meningkatkan keefektifan penerapan program SSOP. Tabel 3. Hasil Analisis GAP Penyimpangan Pada Penerapan GMP Ahnaf Bakery Aspek Good Manufacturing Practices GMP Label dan Keterangan Produk Pemeliharaan dan Program Sanitasi Dokumentasi dan Pencataan Rata-Rata Skor Penerapan Keseluruhan Sumber Penelitian, 2022 Penyusunan Hazard Analysis and Critical Control Point HACCP NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI UKM Ahnaf Bakery merupakan industri pangan dalam bidang bakery, maka sudah seharusnya Ahnaf Bakery menerapkan sistem HACCP, tetapi kenyataan dilapangan pihak perusahaan masih belum menerapkan sistem HACCP. Hal ini dikarenakan skala usaha yang masih berbentuk UKM Usaha Kecil Menengah, kendala sumber daya manusia dan kendala masalah pendanaan. Perusahaan masih belum menyiapkan pendanaan khusus untuk menjalankan sistem HACPP beserta persyaratan dasarnya GMP dan SSOP, sehingga penerapan masih terbatas dan kurang memenuhi. Untuk itu sebelum melakukan penyusunan HACCP Plan, penulis melakukan penilaian tujuh prinsip HACCP terlebih dahulu terhadap perusahaan UKM Ahnaf Bakery. Dari tujuh prinsip yang ada akan di nilai mana saja indikator/parameter yang telah diterapkan dan yang belum diterapkan, maka setelah dilakukan Checklist dapat diketahui nilai penerapan tujuh prinsip HACCP di UKM Ahnaf Bakery. Data ketidaksesuaian ini diperoleh dari hasil perhitungan penilaian dan disajikan pada Tabel 6. yang menggambarkan kondisi penerapan tujuh prinsip HACCP di UKM Ahnaf Bakery. Tabel 4. Analisis Kesenjangan Penerapan SSOP Ahnaf Bakery Aspek Keamanan Air Pemisahaan saluran air untuk kegiatan produksi dan non produksi. Pemisahaan saluran air bersih dan air tidak bersih. Pemeriksaan dan pemeliharaan maintenance terhadap kondisi instalasi dan kebocoran pipa distribusi air. Dilakukannya water treatment. Pemenuhan kualitas air yang digunakan untuk proses produksi dan mengalami kontak langsung dengan bahan pangan olahan sesuai persyaratan air minum atau air bersih. Pemenuhan kualitas air yang digunakan untuk pembersihan dan sanitasi dan untuk higiene personal sesuai persyaratan air bersih. Ketersediaan keamanan air pihak yang bertanggung jawab menjaga keamanan air Pemantauan terhadap kualitas air yang akan digunakan. Penerapan tindakan koreksi terhadap ketidaksesuaian mutu keamanan air, serta apabila terjadi koneksi silang. Ketersediaan rekaman terkait SSOP keamanan air. Total Skor 39/50 x 100% Sumber Penelitian, 2022 Perhitungan Persentase Penerapan SSOP Aspek Keamanan Air. ∑ Skor Tiap Parameter = 4 + 5 + 3 + 3 + 4 + 5 + 4 +4 + 4 + 1 = 39 ∑ Skor Maksimal = Jumlah Parameter x Skor Maks = 10 x 5 = 50Persentase Penerapan = 39 x 100% = 78% 50Tabel 5. Hasil Analisis GAP Penyimpangan Pada Penerapan SSOP Ahnaf Bakery Aspek Sanitation Standard Operating Procedures SSOP Kebersihan permukaan yang kontak dengan makanan Pencegahan kontaminasi silang Menjaga Fasilitas Cuci Tangan, Sanitasi tangan dan toilet NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 DOI Nurrahmah, et al. Aspek Sanitation Standard Operating Procedures SSOP Pelabelan, Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Kimia yang Tepat Pengendalian Kesehatan Karyawan Rata-Rata Skor Penerapan Keseluruhan Sumber Penelitian, 2022 Tabel 6. Penilaian Penerapan Tujuh Prinsip HACCP UKM Ahnaf Bakery Prinsip 1 Analisis Bahaya Prinsip 2 Menentukan Critical Control Point CCP Sangat Kurang Memenuhi Berat Prinsip 4 Pemantauan CCP Sangat Kurang Memenuhi Berat Prinsip 5 Tindakan Koreksi Perbaikan Sangat Kurang Memenuhi Berat Prinsip 6 Prosedur Verifikasi Prinsip 7 Pencatatan dan Dokumentasi Sangat Kurang Memenuhi Berat Sumber Penelitian, 2022 Dari data dan keterangan hasil pengamatan penerapan tujuh prinsip HACCP pada produksi roti di UKM Ahnaf Bakery diperoleh skor atau penilaian sebesar 34,4 % atau termasuk dalam kategori Sangat Kurang Memenuhi Berat. Dilihat dari penerapan HACCP di UKM Ahnaf Bakery yang termasuk pada kategori Sangat Kurang Memenuhi Berat dapat disimpulkan bahwa UKM Ahnaf Bakery masih banyak kekurangan dan ketidaksesuaian dengan ketentuan tujuh prinsip HACCP. Hal ini menunjukkan bahwa sistem manajemen HACCP dalam industri pangan berskala kecil menengah sangat perlu dilakukan pengembangan penerapannya ke arah lebih baik lagi. Penyusunan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP atau HACCP Plan mengacu pada tujuh prinsip HACCP dalam SNI 01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahan dan Pengendalian Titik Kritis BSN, 1998. Adapun langkah-langkah dalam menerapkan HACCP menurut Thaheer 1995 1. Pembentukan Tim HACCP Pembentukan tim HACCP merupakan tim yang bertujuan untuk menyusun HACCP dan memastikan sistem HACCP telah diterapkan dengan baik. Pembentukan tim HACCP di UKM Ahnaf Bakery belum terbentuk sehingga keinginan perusahaan untuk lebih meningkatkan keamanan pangan masih menghadapi kendala. Perkembangan yang terjadi di UKM Ahnaf Bakery, bahwa tim HACCP ini sangat diperlukan dalam pelaksanaan HACCP di perusahaan. Oleh karena itu belum adanya tim HACCP di UKM Ahnaf Bakery merupakan hal yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan dalam mewujudkan keamanan pangan roti yang diproduksi. 2. Deskripsi Produk Deskripsikan produk adalah membuat gambaran yang lengkap tentang produk yang dihasilkan. Informasi ini mencakup nama produk, komposisi produk, cara penyimpanan dan penyajian, tipe pengemasan, masa kadaluwarsa, cara penyimpanan dan cara distribusi Thaheer, 2005. Adanya pendeskripsian produk tersebut diharapkan penanganan terhadap produk dapat dikontrol dengan baik sehingga akan menghasilkan produk akhir yang aman pangan. Berikut deskripsi produk Roti UKM Ahnaf Bakery dilihat pada tabel 7. 3. Identifikasi Penggunaan Produk Tujuan penggunaan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi apakah produk tersebut dapat didistribusikan kepada semua populasi atau tidak. Menurut Winarno 2004 persyaratan pelanggan dimaksudkan untuk memberikan informasi spesifitas produk dapat didistribusikan kepada semua populasi atau hanya pada populasi yang sensitif seperti balita, manula, orang cacat, orang sakit arau lain-lain. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya efek bahaya yang tidak diinginkan akibat kesalahan dalam mengkonsumsi produk, sehingga konsumen merasa aman dalam mengkonsumsi produk tersebut. Persyaratan pelanggan yang ditetapkan oleh UKM Ahnaf Bakery untuk produk roti Ahnaf Bakery adalah untuk semua usia. Cara penyajian produk roti ini yaitu ready to eat atau langsung dikonsumsi. 4. Penyusunan Diagram Alir Produk Diagram alir harus meliputi tahap-tahap dalam proses secara jelas mengenai rincian seluruh kegiatan proses produksi. Berikut pada gambar 2 merupakan diagram alir proses produksi roti Ahnaf Bakery. 5. Analisis Bahaya dan Tindakan Pencegahan Identifikasi bahaya dilakukan dengan mendaftar semua bahaya potensial yang terkait pada setiap tahap dan sedapat mungkin mengidentifikasi tindakan pencegahannya. Terdapat beberapa jenis bahaya dalam proses produksi yang dapat mempengaruhi secara negatif atau membahayakan konsumen, yaitu bahaya biologis, bahaya kimia, dan bahaya fisik. Tindakan pencegahan untuk setiap potensi bahaya adalah semua kegiatan dan NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI aktivitas yang dibutuhkan untuk menghilangkan bahaya atau memperkecil pengaruhnya atau keberadaan sampai pada tingkat yang dapat diterima Pierson dan Corlett, 1992. Analisa bahaya yang dilakukan terhadap produksi roti pada UKM Ahnaf Bakery serta tindakan pencegahannya dapat dilihat pada tabel 8 Gambar 2. Diagram Alir UKM Ahnaf Bakery 6. Penetapan Critical Control Point/CCP Critical Control Point adalah suatu titik, tahap, proses atau prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan atau dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diterima Muhandri, 2008. Untuk setiap bahaya yang signifikan maka harus ditetapkan apakah suatu Titik Kendali Kritis atau bukan. Titik kendali kritis adalah suatu tahap atau prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah, dihilangkan atau dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima sehingga resiko dapat diminimalkan. Untuk membantu menemukan dimana seharusnya CCP yang benar, dapat digunakan Diagram Pohon Keputusan CCP CCP Decision Tree. Diagram pohon keputusan adalah seri pertanyaan logis yang menanyakan setiap bahaya. Jawaban dari setiap pertanyaan akan memfasilitasi dan membawa Tim HACCP secara logis memutuskan apakah CCP atau bukan. Gambar 3. Diagram Pohon Penentuan CCP Tabel 8. Analisis Bahaya dan Tindakan Pencegahan Penerimaan Bahan Baku Kering tepung terigu, ragi, gula, garam, susu dan BTP Biologi Mikroba perusak amilolitik Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat dan monitoring kondisi ruangan Kimia cemaran logam berat Pb, Hg, Cu Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier dan melakukan pengujian eksternal Fisika Kerikil, debu, kotoran Kontaminasi dari pihak supplier dan penyimpanan Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat Penerimaan bahan Lemak minyak, margarin, shortening Biologi Mikroba lipolitik Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat Kimia cemaran logam berat Pb, Hg, Cu Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier dan melakukan pengujian eksternal Kontaminasi dari pihak supplier dan Penyimpanan Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat dan monitoring kondisi ruangan Biologi Bakteri Salmonella Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier dan pemilihan supplier dengan tepat Biologi Bakteri Salmonella Adanya kontaminasi bakteri dari alat dan karyawan Memperhatikan sanitasi dan hiegine karyawan, NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 DOI Nurrahmah, et al. menjaga kebersihan alat dan penerapan GMP-SSOP Fisika debu, kotoran, benda asing Adanya kontaminasi dari timbangan Pemeliharaan dan pembersihan alat sebelum digunakan Biologi Bakteri Salmonella, koliform Adanya kontaminasi bakteri dari alat dan karyawan Memperhatikan sanitasi dan hiegine karyawan, menjaga kebersihan alat dan penerapan GMP-SSOP Sumber Penelitian, 2022 Tabel 9. Penetapan CCP UKM Ahnaf Bakery Penerimaan Bahan Baku Kering Biologi Mikroba perusak amilolitik Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat dan monitoring kondisi ruangan Walaupun terdapat beragam mikoorganisme tetapi akan mati pada saat proses pemanasan oven Kimia cemaran logam berat Pb, Hg, Cu Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier dan melakukan pengujian eksternal Adanya jaminan dari supplier dan BPOM jika kandungan logam berat dibawah standar Fisika Kerikil, debu, kotoran Kontaminasi dari pihak supplier dan penyimpanan Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat Adanya peluang kontaminasi yang besar, jika tidak adanya tindakan pencegahan lanjutan yang dilakukan Biologi Mikroba lipolitik Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat Walaupun terdapat beragam mikoorganisme tetapi akan mati pada saat proses pemanasan oven Kimia cemaran logam berat Pb, Hg, Cu Kontaminasi dari pihak supplier Jaminan keamanan dari supplier dan melakukan pengujian eksternal Adanya jaminan dari supplier dan BPOM jika kandungan logam berat dibawah standar Kontaminasi dari pihak supplier dan Penyimpanan Jaminan keamanan dari supplier, pemilihan supplier dengan tepat dan monitoring kondisi ruangan Adanya peluang kontaminasi yang besar, jika tidak adanya tindakan pencegahan lanjutan yang dilakukan Sumber Penelitian, 2022 7. Penetapan Batas Kritis Langkah berikutnya dalam pengembangan rencana sistem HACCP adalah untuk menetapkan batas kritis untuk setiap titik kendali kritis CCP. Batas kritis adalah nilai maksimum atau minimum yang biologis, kimia, atau parameter fisik harus dikendalikan pada CCP untuk mencegah, menghilangkan, atau mengurangi ke tingkat yang dapat diterima sehingga dapat mencegah terjadinya bahaya keamanan pangan. Batas kritis tersebut berfungsi memisahkan antara kondisi yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Penentuan batas kritis dapat dilihat pada tabel 10. 8. Penetapan Tindakan Pemantauan Batas kritis berupa bahaya biologi, kimia dan fisik pada setiap titik kendali kritis harus dipantau. Menurut ICMSF 1998 pemantauan merupakan kegiatan pemeriksaan apakah prosedur pengolahan atau penanganan pada CCP berada di bawah kendali. Pemantauan dilakukan dengan cara visual dan pengecekan untuk memastikan batas kritis dalam kendali. Sebelum monitoring dilakukan, harus ditetapkan lima hal yaitu apa yang akan dimonitor what, siapa yang memonitor who, kapan akan dilakukan monitoring when, dan bagaimana cara memonitor how. Pemantauan dilakukan oleh manajer NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI produksi/QC atau karyawan yang berwewenang untuk mengambil keputusan dalam mengontrol proses produksi. Pemantauan yang dilakukan pada produksi roti di UKM Ahnaf Bakery berupa pemantauan visual untuk kebersihan bahan baku, ruang dan peralatan produksi. Untuk ke depannya pemantauan terhadap produksi roti perlu ditingkatkan dengan melakukan pemantauan secara laboratorium melalui uji organoleptik, pengukuran fisik terhadap suhu dan waktu, uji kimia dan uji mikrobiologi pada bahan baku, bahan tambahan pangan serta produk akhir. Tindakan pemantauan monitoring CCP pada produksi roti dapat dilihat pada tabel HACCP plan tabel 11. Tabel 10. Penentuan Batas Kritis Biologi Mikroba perusak amilolitik a Kualitas bahan baku dalam kondisi baik dan tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme b Adanya jaminan keamanan dari supplier bahan baku Kimia logam berat Pb, Hg, Cu Fisika Kerikil, debu, kotoran 9. Penetapan Tindakan Koreksi Tindakan koreksi adalah setiap tindakan yang harus diambil jika hasil pemantauan pada CCP menunjukkan adanya kehilangan kontrol. Tindakan koreksi dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan batas kritis pada setiap tahapan proses produksi. Tindakan koreksi harus dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya yang timbul hingga tingkatan yang dapat ditoleransi atau diizinkan. Jika penyimpangan tersebut menimbulkan bahaya yang membahayakan bagi kesehatan konsumen dan tidak dapat ditoleransi maka produk harus di musnahkan dan tahap proses berikutnya tidak dapat dilanjutkan. 10. Membuat Proses Verifikasi Kegiatan verifikasi terhadap CCP dilakukan untuk menjaga agar kegiatan pengendalian dan pemantauan CCP dapat berjalan normal dan harus spesifik pada tiap CCP. Kegiatan verifikasi harus dapat menjamin bahwa sistem pada CCP dapat kembali berjalan normal. Kegiatan verifikasi terdiri dari empat jenis kegiatan yaitu validasi HACCP, meninjau hasil pemantauan, pengujian produk dan auditing. Frekuensi verifikasi harus dilakukan secukupnya untuk mengkonfirmasikan bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif. Tindakan verifikasi pada beberapa titik kendali kritis CCP di UKM Ahnaf Bakery yaitu dengan melakukan review hasil audit internal GMP-SSOP. Review ini dilakukan untuk melihat apakah proses yang dilakukan telah sesuai dengan ketentuan GMP-SSOP yang termasuk dalam rencana HACCP GMP termasuk persyaratan dasar sistem HACCP. Selain itu tindakan verifikasi lainnya adalah pemeriksaan ulang suhu dan waktu pada proses pengovenan dan pemeriksaan visual terhadap para karyawan pada saat proses pengemasan roti. 11. Dokumentasi dan Pencatatan Dokumen atau Rekaman Data adalah bukti tertulis bahwa suatu tindakan telah dilakukan. Dokumen disusun dengan menggunakan formulir. Dokumen tersebut dapat digunakan untuk keperluan inspeksi dan untuk mempelajari kerusakan yang mengakibatkan penyimpangan dan menemukan tindakan koreksi yang sesuai. Jenis Dokumen Rekaman Data yang harus ada dalam penyusunan rencana HACCP adalah Rencana HACCP dan semua materi pendukungnya, Dokumen Pemantauan, Dokumen Tindakan Koreksi dan Dokumen Verifikasi. Dengan telah disusunnya sistem dokumentasi, maka selesailah penyusunan rencana HACCP. Rencana HACCP dapat berubah jika terjadi perubahan pada bahan baku, tata letak pabrik, penggantian peralatan, perubahan program pembersihan/sanitasi, penerapan prosedur-prosedur baru, perubahan kelompok konsumen produk dan adanya informasi baru tentang suatu bahaya. Penetapan CCP, penentuan batas kritis, penetapan prosedur monitoring, penetapan tindakan koreksi, penentuan prosedur verifikasi dan dokumentasi yang baik selanjutnya di tuangkan dalam tabel HACCP Plan. Berikut merupakan tabel HACCP Plan untuk produksi roti pada UKM Ahnaf Bakery dapat dilihat pada Tabel 11. Perumusan Rekomendasi Alternatif Strategi Perbaikan Pengendalian Kualitas Menggunakan Analytical Hierarchy Process AHP Metode AHP merupakan suatu metode yang dapat membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna menggabungkan kekuatan dari perasaaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat Saaty, 1993. Berikut ini merupakan tahapan dalam perumusan alternatif strategi pengendalian kualitas menggunakan metode AHP dengan bantuan program Software Criterium Decision Plus Student Version a. Penyusunan Hirarki Hierarki keputusan disusun dengan menyesuaikan hierarki awal dengan pendapat para pakar. Secara umum, struktur hierarki tersebut terdiri dari lima level yaitu fokus merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai perusahaan, faktor merupakan hal yang mempengaruhi tujuan akhir/fokus, aktor merupakan pelaku yang berperan mempengaruhi faktor, objektif merupakan tujuan yang ingin dicapai dari setiap aktor, serta pemilihan alternative strategi yang dapat dilakukan Saaty,2003. Hasil pengolahan Struktur Hierarki dapat dilihat pada gambar 4. NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 DOI Nurrahmah, et al. Gambar 4. Struktur Hierarki Penentuan Alternatif Strategi Tabel 11. HACCP Plan UKM Ahnaf Bakery -Kualitas bahan baku dalam kondisi baik dan tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme -Adanya jaminan keamanan dari supplier bahan baku Seluruh bahan baku kering dan Jaminan keamanan supplier Melakukan pemeriksaan visual dan memeriksa jaminan supplier Karyawan yang menerima bahan baku Mengganti bahan baku dan melakukan komplain kepada supplier Review Form penerimaan setiap bulan Dokumen penerimaan bahan baku -Kualitas bahan baku dalam kondisi baik dan tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme -Adanya jaminan keamanan dari supplier bahan baku Seluruh bahan baku kering dan Jaminan keamanan supplier Melakukan pemeriksaan visual dan memeriksa jaminan supplier Karyawan yang menerima bahan baku Mengganti bahan baku dan melakukan komplain kepada supplier Review Form penerimaan setiap bulan Dokumen penerimaan bahan baku -Suhu pengovenan 180-2000 C -Waktu pemanggangan 30-45 Menit -Kondisi oven dalam keadaan bersih sebelum digunakan Suhu, waktu pengovenan serta kondisi oven Memeriksa suhu, waktu dan kondisi oven secara visual dan mengatur waktu dengan stopwatch Karyawan proses pengovenan Menambah suhu dan waktu jika berada dibawah batas kritis, membersihkan oven sebelum digunakan Review pencatatan suhu dan waktu pengovenan serta kondisi oven Dokumen laporan tindakan koreksi dan laporan proses pengovenan -Ruang pendingin tidak terdapat hama dan dalam kondisi bersih -Suhu ruang 20-250C Roti yang sudah matang dan batas kritis Memeriksa suhu ruangan dan kondisi ruangan dalam keadaan Saat pembersihan dan pemeriksaan ruangaPemeriksaan ulang oleh Pemilik dan Karyawan apabila belum sesuai Review hasil audit internal GMP-SSOP NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI -Standar waktu pendinginan selama 1-2 jam bersih, pembersihan ruangan secara rutin -Kebersihan karyawan dengan sanitasi SSOP -Kebersihan peralatan wadah dan mesin yang digunakan sesuai GMP-SSOP Proses Pembuatan Krim dan batas kritis Memeriksa kebersihan peralatan sebelum digunakan, memeriksa sanitasi karyawan Karyawan yang membuat Krim Selama proses pembuatan krim Pemeriksaan ulang apabila belum sesuai standar GMP dan SSOP, teguran kepada yang tidak hiegine Review hasil audit internal GMP-SSOP -Tidak ada hama seperti semut, tikus, atau lalat -Suhu ruangan 20-250C -Ruang penyimpanan dalam kondisi bersih Krim yang siap digunakan dan batas kritis Memeriksa suhu dan kebersihan ruangan bebas dari hama, membersihkan ruangan secara rutin Selama pemeriksaan dan pembersihan ruangan penyimpanan sebelum digunakan Pemeriksaan ulang oleh Pemilik dan Karyawan apabila belum sesuai standar GMP dan SSOP Review hasil audit internal GMP-SSOP Pemberian Toping dan Krim -Kebersihan karyawan dengan sanitasi GMP -Kebersihan peralatan wadah yang digunakan sesuai GMP-SSOP Roti yang akan diberi isian dan topping, batas kritis Memeriksa kebersihan peralatan sebelum digunakan, memeriksa sanitasi karyawan Tempat pemberian toping dan krim Selama proses pemberian toping dan krim Teguran kepada karyawan yang tidak melakukan sanitasi hiegine Review Form Sanitasi Karyawan Dokumentasi Sanitasi Karyawan -Ruang pengemasan tidak terdapat hama dan bersih - Sanitasi sesuai GMP -Produk dikemas dengan rapat Roti yang akan dikemas, telah dikemas dan batas kritis Memeriksa suhu, kebersihan dan membersihkan ruangan sebelum digunakan, memeriksa sanitasi karyawan Pemeriksaan ulang apabila belum sesuai standar GMP -SSOP, teguran kepada karyawan yang tidak melakukan sanitasi hiegine Review hasil audit internal GMP-SSOP -Tidak ada hama seperti semut, tikus, kecoa atau lalat -Suhu ruangan 20-250C -Ruang penyimpanan bersih Seluruh produk akhir dan batas kritis Memeriksa suhu dan kebersihan ruangan bebas dari hama, membersihkan ruangan secara rutin Ruang Penyimpanan Produk Akhir Selama pemeriksaan dan pembersihan ruangan penyimpanan sebeluPemeriksaan ulang oleh Pemilik dan Karyawan apabila belum sesuai standar GMP dan SSOP Review hasil audit internal GMP-SSOP NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 DOI Nurrahmah, et al. Sumber Penelitian, 2022 b. Penilaian Tingkat Skala Kepentingan Untuk menentukan prioritas digunakan metode perbandingan berpasangan pairwise comparison dengan 1-9 skala penilaian untuk setiap kriteria maupun setiap alternatif berdasarkan kriteria. Penilaian terhadap alternatif dilakukan melalui proses yang sama seperti pada Penilaian terhadap Kriteria dengan CDP kemudian memasukkan data pembobotan setiap kriteria pada masing – masing alternatif. Gambar 5. AHP Rating Full Pairwise Method Penentuan Strategi Alternatif c. Hasil Akhir Hasil akhir dari penentuan alternatif strategi pengendalian kualitas proses produksi roti pada UKM Ahnaf Bakery berdasarkan metode AHP pada hasil Decision Score didapatkan untuk prioritas pertama adalah penerapan GMP, SSOP dan HACCP dengan bobot 0,233, yang kedua meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan dengan bobot 0,219. Selanjutnya untuk prioritas ketiga adalah meningkatkan pengawasan bahan baku dengan bobot 0,212, prioritas ke empat pemeliharaan mesin dan alat dengan bobot sebesar 0,211 dan prioritas terakhir adalah meningkatkan pengawasan dan pengendalian produksi dengan bobot 0,125. Gambar 6. Hasil Decision Score Penentuan Strategi Alternatif KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang sudah dilakukan mengenai Analisis Pengendalian Kualitas Produk Roti menggunakan Metode Good Manufacturing Practices GMP dan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP pada UKM Ahnaf Bakery, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Didapatkan hasil pengolahan data GAP analisis penerapan GMP di UKM Ahnaf Bakery, diperoleh rata-rata skor penerapan keseluruhan sebesar 62% atau termasuk dalam kategori Cukup memenuhi Sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan GMP pada produksi roti di UKM Ahnaf Bakery masih harus diperbaiki guna memenuhi persyaratan standar menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 75/M-IND/PER/7/2010. Sedangkan untuk hasil pengolahan data GAP analisis penerapan SSOP di UKM Ahnaf Bakery, diperoleh rata-rata skor penerapan keseluruhan sebesar 61,14% atau termasuk dalam kategori Cukup memenuhi Sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan SSOP pada produksi roti di UKM Ahnaf Bakery masih harus diperbaiki guna memenuhi persyaratan standar SSOP menurut FDA 1995 dan NSHATE 1999. Persentase pemenuhan penerapan tertinggi terdapat pada penerapan aspek keamanan air sebesar 78% dan penerapan terendah yaitu pada penerapan aspek menjaga fasilitas cuci tangan, sanitasi tangan dan toilet sebesar 53,33%. 2. Berdasarkan analisa bahaya untuk menentukan titik kendali kritis CCP menggunakan konsep HACCP pada proses pembuatan roti di UKM Ahnaf Bakery didapatkan sembilan tahapan proses pembuatan roti yang dianggap sebagai CCP yaitu proses penerimaan bahan kering, penerimaan bahan lemak, pengovenan roti, pendinginan roti, pembuatan krim, penyimpanan krim, pemberian krim dan toping, pengemasan dan penyimpanan produk akhir karena tahapan ini dirancang khusus untuk mengurangi bahaya dan tahapan selanjutnya tidak dapat mengurangi bahaya yang ditimbulkan sampai batas yang tidak terkendali. Berdasarkan hasil perumusan rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas yang dilakukan NURRAHMAH / JURNAL TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN - VOL. 20 NO. 2 2022 119-132 Nurrahmah, et al. DOI menggunakan metode Analytical Hierarchy Process AHP dengan bantuan Software Criterium Decision Plus Student Version didapatkan rekomendasi alternatif strategi pengendalian kualitas produk roti pada UKM Ahnaf Bakery antara lain penerapan aplikasi GMP, SSOP dan HACCP, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan, meningkatkan pengawasan mutu bahan baku, pemeliharaan mesin dan peralatan produksi dan meningkatkan pengawasan dan pengendalian kinerja produksi DAFTAR PUSTAKA Assauri, S. 2016. Manajemen Operasi Produksi Edisi 3. Jakarta Raja Grafindo Persada. Badan Standarisasi Nasional BSN. 1998. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis HACCP Serta Pedoman Penerapannya. Standar Nasional Indonesia. SNI 01-4852-1998. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan Yang Baik Good Manufacturing Practices Nomor 75/M-IND/PER/7/2010. Laelasari, E. 2015. Islam dan Keamanan Pangan. Jakarta UIN Press. Rauf, R. 2013. Sanitasi Pangan dan HACCP. Yogyakarta Graha Ilmu. Surono, Ingrid, Agus Sudibyom Priyo Waspodo. 2016. Pengantar Keamanan Pangan Untuk Industri Pangan. Jakarta Deepublis. Surono, I. 2016. Pengantar Keamanan Pangan Untuk Industri Pangan. Jakarta Deepublis. Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP Hazard Analysis Critical Control Point. Jakarta PT. Bumi Aksara. Sutresni, N. Mahendra. 2016. Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point HACCP Pada Proses Pengolahan Produk Ikan Tuna Beku di Unit Pengolahan Ikan Pelabuhan Benoa – Bali. Jurnal Echotropic. 10 1 41-45. Meilan Agustin. 2016. Penerapan Good Manufacturing Practices GMP Pada Usaha Pembuatan Bawang Goreng Studi Kasus Pada IKM Jakarta Pusat. Jurnal Teknik 37- 46. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Sutresni Made Sudiana MahendraI Wayan Redi AryantaSistem manajemen mutu dan kemanan pangan yang diterapkan saat ini adalah HACCP Hazard Analysis Critical Control Point.Faktor penunjang yang menjadi pra-syarat keefektifan penerapan HACCP sebagai sebuah sistem pengendalian mutu adalah terpenuhinya persyaratan kelayakan dasar GMP dan SSOP.Untuk itu perlu diketahui tingkat penerapan kelayakan dasar GMP dan SSOP, tingkat penerapan HACCP serta strategi penerapan ini dilakukan dengan metode cross sectional. untuk mengetahui tingkat penerapan kelayakan dasar GMP dan SSOP serta tingkat penerapan HACCP adalah berdasarkan pada jumlah penyimpangan minor, mayor, serius dan strategi penerapan HACCP dengan menggunakan matrik analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penerapan kelayakan dasar dan tingkat penerapan HACCP pada 15 unit pengolahan ikan yaitu, terdapat 9 unit pengolahan ikan dengan klasifikasi tingkat A baik sekali dan 6 unit pengolahan ikan dengan klasifikasi tingkat B baik.Strategi penerapan HACCP pada proses pengolahan produk ikan tuna beku di unit pengolahan ikan Pelabuhan Benoa-Bali yaitu strategi untuk meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pangan serta kualitas lingkungan di lokasi penelitian. Artinya unit pengolahan ikan dilokasi penelitian harus menjaga dan mempertahankan posisi yang berada dalam kondisi yang baik serta melakukan perbaikan-perbaikan internal, baik yang menyangkut bidang produksi, kelembagaan serta pengelolaan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa unit pengolahan ikan pada lokasi penelitian di Pelabuhan Benoa telah menerapkan kelayakan dasar GMP dan SSOP serta penerapan HACCP dengan baik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk jaminan mutu dan keamanan pangan serta kualitas lingkungan perairan pantai di Pelabuhan Operasi Produksi Edisi 3. Jakarta Raja Grafindo PersadaS AssauriAssauri, S. 2016. Manajemen Operasi Produksi Edisi 3. Jakarta Raja Grafindo Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis HACCP Serta Pedoman Penerapannya. Standar Nasional IndonesiaNasional Badan StandarisasiBadan Standarisasi Nasional BSN. 1998. Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis HACCP Serta Pedoman Penerapannya. Standar Nasional Indonesia. SNI Keamanan Pangan Untuk Industri PanganIngrid SuronoAgus Sudibyom PriyoWaspodoSurono, Ingrid, Agus Sudibyom Priyo Waspodo. 2016. Pengantar Keamanan Pangan Untuk Industri Pangan. Jakarta Keamanan Pangan Untuk Industri PanganI SuronoSurono, I. 2016. Pengantar Keamanan Pangan Untuk Industri Pangan. Jakarta Manajemen HACCP Hazard Analysis Critical Control PointH ThaheerThaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP Hazard Analysis Critical Control Point. Jakarta PT. Bumi Good Manufacturing Practices GMP Pada Usaha Pembuatan Bawang Goreng Studi Kasus Pada IKM Jakarta PusatMeilan AgustinMeilan Agustin. 2016. Penerapan Good Manufacturing Practices GMP Pada Usaha Pembuatan Bawang Goreng Studi Kasus Pada IKM Jakarta Pusat. Jurnal Teknik 37-46.

Dalamproses penyusunan strategi misalnya, perusahaan menggunakan metode sensitivitas untuk melihat sejauh mana pengaruh perubahan suatu variabel yang mengandung risiko pada expektasi kinerja perusahaan. (dampak dan kemungkinan) akan menentukan tingkat risiko yang dihadapi, apakah risiko tersebut termasuk ke dalam kategori risiko rendah
Cahaya Nikmah Bakery merupakan salah satu produsen roti di Samarinda. Dalam kegiatan produksinya CN Bakery tidak terlepas dari kendala atau risiko yang terjadi. Dalam menanggulangi hal tersebut maka diperlukan manajemen risiko untuk membantu mengidentifikasi dan mengelola risiko. Metode yang digunakan merupakan kombinasi antara metode Analytic Network Process ANP dan Weighted Failure Mode and Effect Analysis WFMEA. Berdasarkan hasil identifikasi risiko, didapatkan 20 kejadian risiko yang berasal dari 5 faktor risiko yaitu 5 risiko dari penyediaan bahan baku, 6 risiko dari produksi, 3 risiko dari pengemasan, 3 risiko dari pengiriman, dan 3 risiko dari pengembalian. Berdasarkan pengolahan data menggunakan ANP, didapatkan bobot yaitu faktor penyediaan bahan baku sebesar 0,26817, faktor pengiriman sebesar 0,26665, faktor produksi sebesar 0,21705, faktor pengemasan 0,20023 dan faktor pengembalian sebesar 0,0479. Kemudian, berdasarkan pengolahan data menggunakan WFMEA didapatkan nilai WRPN tertinggi yaitu pada faktor risiko penyediaan bahan baku dan faktor risiko produksi sehingga perlu dimitigasi. Kemudian, didapatkan strategi mitigasi yaitu pengawasan kualitas bahan baku, perbaikan teknik penyimpanan, penambahan alat pendeteksi dan pengontrol suhu dan kelembaban pada ruangan, menjaga kualitas produk, menjalin kemitraan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, melakukan pemeliharaan mesin secara berkala, penggunaan mesin pengganti pembangkit listrik, dan melakukan penyediaan spare part mesin. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 111 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia INFO ARTIKEL Jejak Artikel Upload artikel 15 Juni 2020 Revisi dari reviewer 22 Februari 2021 Publish 30 Maret 2021 Kata Kunci Manajemen Risiko, Analytic Network Process, Weighted Failure Mode and Effect Analysis, Weighted Risk Priority Number Cahaya Nikmah Bakery merupakan salah satu produsen roti di Samarinda. Dalam kegiatan produksinya CN Bakery tidak terlepas dari kendala atau risiko yang terjadi. Dalam menanggulangi hal tersebut maka diperlukan manajemen risiko untuk membantu mengidentifikasi dan mengelola risiko. Metode yang digunakan merupakan kombinasi antara metode Analytic Network Process ANP dan Weighted Failure Mode and Effect Analysis WFMEA. Berdasarkan hasil identifikasi risiko, didapatkan 20 kejadian risiko yang berasal dari 5 faktor risiko yaitu 5 risiko dari penyediaan bahan baku, 6 risiko dari produksi, 3 risiko dari pengemasan, 3 risiko dari pengiriman, dan 3 risiko dari pengembalian. Berdasarkan pengolahan data menggunakan ANP, didapatkan bobot yaitu faktor penyediaan bahan baku sebesar 0,26817, faktor pengiriman sebesar 0,26665, faktor produksi sebesar 0,21705, faktor pengemasan 0,20023 dan faktor pengembalian sebesar 0,0479. Kemudian, berdasarkan pengolahan data menggunakan WFMEA didapatkan nilai WRPN tertinggi yaitu pada faktor risiko penyediaan bahan baku dan faktor risiko produksi sehingga perlu dimitigasi. Kemudian, didapatkan strategi mitigasi yaitu pengawasan kualitas bahan baku, perbaikan teknik penyimpanan, penambahan alat pendeteksi dan pengontrol suhu dan kelembaban pada ruangan, menjaga kualitas produk, menjalin kemitraan, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, melakukan pemeliharaan mesin secara berkala, penggunaan mesin pengganti pembangkit listrik, dan melakukan penyediaan spare part MATRIK Jurnal Manajemen dan Teknik Industri-ProduksiJournal homepage Analisis Strategi Mitigasi Risiko Pada Usaha Pembuatan Roti Annisa Fitri Koespratiwi1*, Deasy Kartika Rahayu2, H. Dharma Widada3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman Jl. Sambaliung Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119, Kalimantan Timur, Indonesia annisafitr59 deasykartika Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 112 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia 1. Pendahuluan Roti adalah salah satu jenis pangan olahan yang merupakan hasil proses pemanggangan dari adonan yang telah difermentasikan. Roti saat ini dapat dikatakan hampir menggantikan posisi nasi sebagai sumber karbohidrat. Konsumsi roti per tahun terus mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 2014, untuk konsumsi setahun roti tawar sebesar satuan bungkus kecil dan pada tahun 2018 meningkat sebesar Sementara, untuk jenis roti manis/roti lainnya, konsumsi pada tahun 2014 sebesar ons dan mengalami peningkatan pada tahun 2018 sebesar ons Kementerian Pertanian, 2018. CN Bakery atau Cahaya Nikmah Bakery adalah salah satu dari sekian banyak produsen roti di Kota Samarinda. Usaha roti CN Bakery sendiri telah beroperasi sejak tahun 2015 dan berlokasi di Jalan Tani Subur, Kelurahan Tani Aman, Kecamatan Loa Janan Ilir. CN Bakery memproduksi 3000 sampai 4000 roti per hari dan dapat menghabiskan 200 kilogram tepung terigu sebagai bahan dasar pembuatan roti. Dalam produksinya, CN Bakery dibantu oleh total 20 karyawan. Roti yang diproduksi terdiri dari beberapa macam antara lain roti tawar, roti gulung pisang, roti gulung cokelat, roti gulung srikaya, dan roti gulung keju. CN Bakery mendistribusikan produknya tidak hanya untuk daerah Samarinda, melainkan beberapa daerah lainnya seperti Tenggarong, Balikpapan, Melak, Belayan, Sangatta, Wahau, dan Sangkulirang. Proses distribusi ini dilakukan sendiri oleh CN Bakery. CN Bakery juga menerapkan sistem return bagi produk roti yang tidak habis terjual. Dalam kegiatan produksinya CN Bakery tentu tidak terlepas dari kendala atau risiko seperti pada ketersediaan bahan baku yang tidak menentu, hasil produksi roti gosong, terlambatnya pengiriman ke beberapa daerah, dan roti yang tidak habis terjual. Kendala atau risiko perlu dilakukan pengelolaan karena apabila risiko tersebut tidak dikelola dengan baik maka dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan di kemudian hari. Oleh karena itu diperlukan tindakan manajemen risiko untuk membantu mengidentifikasi dan mengelola risiko. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengelola risiko dengan menggunakan kombinasi antara metode Analytic Network Process ANP dan Weighted Failure Mode and Effect Analysis WFMEA. Tujuan penggunaan metode ANP yaitu dapat menangkap interaksi ketergantungan yang tinggi antar jenis risiko dan faktor risiko yang mempengaruhi dalam meningkatkan manajemen risiko, sehingga dapat ditentukan prioritas risiko dan pilihan alternatif pengendalian risiko yang akurat untuk membuat keputusan yang lebih baik Simanjuntak, 2013 dalam Aini, dkk, 2014. Hasil yang didapatkan dari ANP berupa identifikasi bobot risiko yang paling berpengaruh. Pada tahap selanjutnya untuk mengkalkulasikan bobot dari tiap risiko dan hubungannya dengan mitigasi risiko, digunakan integrasi antara metode ANP dan FMEA. Tahapan ini menggunakan suatu pendekatan baru yaitu Weighted Failure Mode and Effect Analysis WFMEA. Bobot yang didapatkan dari hasil identifikasi risiko melalui ANP digunakan sebagai bobot pengali untuk menghasilkan penilaian Weighted Risk Priority Number WRPN. Hasil dari WRPN menunjukkan keseriusan dari kegagalan potensial[1]. Berdasarkan dari permasalahan diatas, penulis akan meneliti risiko apa saja yang terjadi dan risiko prioritas untuk ditangani dengan kemudian merancang strategi mitigasi pada Cahaya Nikmah Bakery dengan menggunakan Metode Analytic Network Process ANP dan Weighted Failure Mode and Effect Analysis WFMEA. 2. Tinjauan Pustaka Risiko Risiko risk dapat didefinisikan sebagai peluang terjadinya kejadian yang merugikan yang diakibatkan adanya ketidakpastian uncertainty dari apa yang akan dihadapai. Ketidakpastian adalah suatu potensi perubahan yang akan terjadi di masa datang sebagai konsekuensi dari ketidakmampuan untuk mengetahui apa yang akan terjadi, bila suatu aktivitas dilakukan saat ini, menegaskan bahwa sangat penting menempatkan uncertainty ketidakpastian sebagai titik awal dalam manajemen risiko[2]. Manajemen Risiko Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, pengukuran dan kontrol keuangan dari risiko yang mengancam asset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 113 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan. Manajemen risiko juga merupakan cara dalam mengorganisasikan suatu risiko yang akan dihadapi, baik sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau yang tidak terpikirkan, yaitu dengan memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko juga bisa disebut suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Oleh karena itu, melalui manajemen risiko, kerugian yang ditimbulkan dari ketidakpastian dapat dikurangi, bahkan dihilangkan[3]. Diagram Alir Flowchart Diagram alir flowchart adalah diagram yang menggambarkan urutan instruksi proses dan hubungan satu proses dengan proses lainnya menggunakan simbol-simbol tertentu. Diagram alir digunakan sebagai alat bantu komunikasi dan dokumentasi[4]. Selain itu, flowchart adalah representasi secara simbolik dari suatu algoritma atau prosedur untuk menyelesaikan suatu masalah, dengan menggunakan flowchart akan memudahkan pengguna melakukan pengecekan bagian-bagian yang terlupakan dalam analisis masalah, disamping itu flowchart juga berguna sebagai fasilitas untuk berkomunikasi antara pemrogram yang bekerja dalam tim suatu proyek. Flowchart membantu memahami urutan-urutan logika yang rumit dan panjang[5]. Analytic Network Process ANP Analytic Network Process ANP merupakan teori matematis yang mampu menganalisa pengaruh dengan pendekatan asumsi-asumsi untuk menyelesaikan bentuk permasalahan. ANP sebagai suatu pendekatan alternatif baru untuk studi kualitatif yang dapat mengkombinasikan nilai-nilai intangible dan judgement subjective dengan data-data statistik dan faktor-faktor tangible lainnya. Metode ini digunakan dalam bentuk penyelesaian dengan pertimbangan atas penyesuaian kompleksitas masalah disertai adanya skala prioritas yang menghasilkan pengaruh prioritas terbesar. ANP merupakan generalisasi dari Analytic Hierarchy Process,dengan mempertimbangkan ketergantungan antara unsur-unsur dari hirarki. Banyak masalah keputusan tidak dapat terstruktur secara hirarkis karena mereka melibatkan interaksi dan ketergantungan unsur-unsur tingkat yang lebih tinggi dalam hirarki di elemen level yang lebih rendah[6]. Failure Mode and Effects Analysis FMEA FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan. FMEA digunakan untuk mengidentifikasi potensi kegagalan, efek yang ditimbulkan pada operasi dari produk dan mengidentifikasi aksi untuk mengatasi masalah tersebut. FMEA merupakan teknik analisis yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi, memprioritaskan, dan mengeleminiasi kegagalan potensial dari sistem, desain, dan proses sebelum sampai ke konsumen. FMEA pada akhirnya akan menghasilkan perhitungan RPN. Ketika semakin tinggi nilai RPN, semakin tinggi kebutuhan untuk mengambil suatu tindakan penanggulangan[7]. Risk Priority Number RPN merupakan hasil perkalian severity S, occurrence O, dan detection D. a. Severity Severity adalah sebuah penilaian pada tingkat keseriusan suatu efek atau akibat dari potensi kegagalan pada suatu komponen yang berpengaruh pada suatu hasil kerja mesin yang dianalisa/diperiksa b. Occurence Occurrence adalah sebuah penilaian dengan tingkatan tertentu yang mengacu pada beberapa frekuensi terjadinya cacat. Nilai frekuensi kegagalan menunjukan keseringan suatu masalah yang terjadi akibat potential cause c. Detection Detection adalah sebuah penilaian yang juga memiliki tingkatan seperti halnya severity dan occurrence. Penilaian tingkat detection sangat penting dalam menemukan potensi penyebab mekanis yang menimbulkan kerusakan serta tindakan perbaikannya Risk Priority Number RPN merupakan hasil perkalian severity S, occurrence O, dan detection D. Perhitungan RPN dapat dilakukan dengan menggunakan rumus persamaan RPN = S × O × D .................................. 1 Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 114 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia 𝑑engan S= keparahan severity, 𝑂= kejadian occurence, dan 𝐷= deteksi detection Weighted Failure Mode and Effects Analysis FMEA Metode ini merupakan pengembangan dari model FMEA. Secara umum metode ini bertujuan memperoleh penilaian yang lebih akurat setelah mengagregasikan hubungan antara faktor risiko yang telah dihitung bobot prioritasnya. Penilaian FMEA secara umum dilakukan dengan menggunakan nomor prioritas risiko/risk priority number RPN. Metode WFMEA menggunakan suatu penilaian berbobot untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan berkesinambungan dari tahapan penilaian risiko sebelumnya[1]. Bobot pada masing-masing risiko dapat dihitung dengan menggunakan rumus penghitungan WRPN dengan rumus persamaan WRPNn = Si × Oi × Di × 𝑓𝑊𝑖 = RPNn × 𝑓𝑊𝑖 .................................. 2 𝑑engan 𝑆𝑖 = keparahan severity, 𝑂𝑖= kejadian occurence, 𝐷𝑖= deteksi detection, dan 𝑓𝑊𝑖 = bobot. Nilai output variabel yaitu WRPN digunakan untuk mewakili prioritas pada tindakan koreksi dengan skala 1–250, yang dikategorikan ke dalam lima kelas interval yang digambarkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Identifikasi risiko Sumber Aini, dkk 2014 Metodologi Penelitian Pada penelitian ini terdapat beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahap analisis dan pembahasan serta tahap penutup. Pada tahap persiapan, dilakukan identifikasi masalah. Identifikasi permasalahan dapat dilakukan setelah didapatkan permasalahan yang diteliti, dalam tahap penelitian ini sudah mulai diketahui studi literatur berdasarkan metode yang digunakan. Pada tahap pengumpulan data, data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan dua metode. Pada metode pertama yaitu Analytic Network Process ANP digunakan untuk memperoleh bobot dari setiap jenis risiko dan faktor risiko. Metode kedua yaitu Weighted Failure Mode Analysis WFMEA digunakan untuk menentukan prioritas risiko. Pada tahap analisis dan pembahasan, dilakukan analisis risiko yang mungkin terjadi pada seluruh kegiatan baik kegiatan mulai dari penyediaan bahan baku sampai pengembalian. analisis mengenai risiko yang paling prioritas untuk ditangani serta analisis strategi mitigasi yang perlu dilakukan sebagai upaya preventif dan represif. 3. Hasil dan Pembahasan Flowchart Kegiatan Data yang telah diperoleh dari wawancara selanjutnya diubah dalam bentuk flowchart untuk mempermudah proses identifikasi risiko. Penggunaan flowchart yaitu untuk menggambarkan setiap proses yang terjadi pada setiap kegiatan mulai penyediaan bahan baku hingga pengembalian. Flowchart CN Bakery dapat dilihat pada Gambar 1. MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 115 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Gambar 1. Flowchart kegiatan Gambar 2. Flowchart kegiatan lanjutan Identifikasi Risiko Berdasarkan uraian kegiatan dari setiap proses yang telah dijabarkan dalam bentuk diagram alir flowchart pada tahap sebelumnya, dilakukan identifikasi risiko yang ada pada usaha CN Bakery. Identifikasi risiko tersebut diperoleh dari wawancara dengan pemilik. Hasil identifikasi risiko tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Identifikasi risiko Kualitas bahan baku kurang baik Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan Harga bahan baku fluktuatif Ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok Kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima Hasil produksi roti gosong Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai Roti kurang mengembang saat proses pengembangan Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 116 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Tabel 2. Identifikasi risiko lanjutan Pencetakan label kurang baik Kerusakan pada plastik kemasan Kerusakan pada alat bantu pengemasan Keterlambatan pengiriman produk Kerusakan produk dan kemasan pada saat pengiriman Tempat pengiriman sulit dijangkau Berdasarkan Tabel 2 maka dapat diketahui bahwa terdapat 20 kejadian risiko dengan berasal dari 5 faktor risiko yaitu dengan 5 risiko berasal dari kegiatan penyediaan bahan baku, 6 risiko berasal dari kegiatan produksi, 3 risiko berasal dari kegiatan pengemasan, 3 risiko berasal dari kegiatan pengiriman, dan 3 risiko berasal dari kegiatan pengembalian atau return. Penentuan Kriteria dan Subkriteria Pada tahap awal penelitian ini diperlukan kriteria-kriteria yang digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan risiko. Selain kriteria, terdapat sub atau bagian dari kriteria yaitu subkriteria. Pada penelitian ini kriteria dan subkriteria dengan menggunakan faktor risiko dan risiko yang telah diidentifikasi pada tahap sebelumnya. Terdapat 5 kriteria dan 20 subkriteria yang digunakan yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria dan subkriteria Kualitas bahan baku kurang baik Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan Harga bahan baku fluktuatif Ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok Kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima Hasil produksi roti gosong Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai Roti kurang mengembang saat proses pengembangan Tabel 3. Kriteria dan subkriteria lanjutan Pencetakan label kurang baik Kerusakan pada plastik kemasan Kerusakan pada alat bantu pengemasan Keterlambatan pengiriman produk Kerusakan produk dan kemasan pada saat pengiriman Tempat pengiriman sulit dijangkau Hubungan Keterkaitan Antar Kriteria dan Subkriteria Setelah dilakukan penentuan kriteria dan subkriteria sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan prioritas, selanjutnya ditentukan hubungan keterkaitan antar kriteria dan subkriteria dengan melakukan pengisian kuesioner. Responden selaku pemilik usaha melakukan pengisian kuesioner hubungan keterkaitan. Adapun hasil kuesioner penentuan hubungan keterkaitan antar kriteria dan subkriteria dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Jaringan hubungan keterkaitan Perbandingan Berpasangan antar Kriteria dan Subkriteria Berdasarkan hubungan keterkaitan antar kriteria dan subkriteria pada tahap pengumpulan data sebelumnya, maka MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 117 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia selanjutnya dapat dilakukan perbandingan berpasangan. Kriteria-kriteria tersebut dibandingkan secara berpasangan antar kriteria dan subkriteria yang saling berkaitan untuk mendapatkan kriteria atau risiko mana yang memiliki tingkat kepentingan tinggi. Perbandingan dilakukan dengan menggunakan skala perbandingan yang ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai perbandingan kriteria Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding elemen yang lain Elemen yang satu lebih penting dibanding elemen yang lain Elemen yang satu sangat lebih penting dibanding elemen yang lain Elemen yang satu mutlak lebih penting dibanding elemen yang lain Nilai-nilai kompromi diantara dua nilai yang berdekatan Penilaian Risiko Berdasarkan pada tahap pengumpulan data yang telah dilakukan sebelumnya yaitu identifikasi risiko yang terdapat pada Tabel 1, selanjutnya risiko-risiko yang telah diidentifikasi tersebut kemudian diberikan penilaian terhadap tiga hal yaitu penilaian tingkat keparahan dampak yang dapat terjadi atau severity S, penilaian kemungkinan terjadinya suatu risiko atau occurence O, dan penilian bagaimana pemilik usaha dapat mengatasi risiko tersebut atau detection D. Berdasarkan skala penilaian yang didapatkan dari studi literatur sebelumnya, kemudian akan diperoleh masing-masing nilai S, O dan D yang selanjutnya dilakukan perhitungan nilai RPN dengan cara melakukan perkalian antara setiap komponen S, O dan D. Hasil perolehan penilaian pada kuesioner oleh responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil penilaian risiko Kualitas bahan baku kurang baik A1 Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan A2 Harga bahan baku fluktuatif A3 Ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok A4 Kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima A5 Hasil produksi roti gosong B1 Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai B2 Roti kurang mengembang saat proses pengembangan B3 Proses produksi tertunda B4 Pencetakan label kurang baik C1 Kerusakan pada plastik kemasan C2 Kerusakan pada alat bantu pengemasan C3 Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 118 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Keterlambatan pengiriman produk D1 Kerusakan produk dan kemasan pada saat pengiriman D2 Tempat pengiriman sulit dijangkau D3 Roti tidak habis terjual E1 Pembatalan pemesanan E2 Pesaing supplier roti E3 Matriks limit Matriks limit merupakan hasil matriks akhir yang diperoleh dengan menggunakan Software Super Decisions. Matriks limit digunakan sebagai bobot untuk tiap kriteria maupun subkriteria. Matriks limit akan didapatkan dengan beberapa tahapan yaitu mencari inconsistency ratio, matriks tidak tertimbang unweighted matrix dan matriks tertimbang weighted matrix terlebih dahulu. Pencarian inconsistency ratio digunakan untuk mengetahui penilaian yang telah diberikan dari responden telah konsisten atau tidak. Keputusan yang dapat diandalkan merupakan keputusan yang memiliki konsistensi yang baik. Keputusan dinilai konsisten apabila nilai inconsistency ratio tidak mencapai nilai 0,1. Pada penelitian ini nilai inconsistency ratio pada matriks tidak ada yang mencapai 0,1, hal ini menunjukkan bahwa penilaian yang didapatkan dari responden telah konsisten atau dapat diandalkan. Setelah didapatkan matriks limit untuk tiap risiko kemudian dilakukan penjumlahan limit pada tiap faktor yang akan digunakan sebagai komponen pengali pada tahap selanjutnya. Hasil rekapitulasi matriks limit dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi matriks limit Faktor Penyediaan Bahan Baku A Kualitas bahan baku kurang baik A1 Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan A2 Harga bahan baku fluktuatif A3 Ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok A4 Kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima A5 Hasil produksi roti gosong B1 Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai B2 Roti kurang mengembang saat proses pengembangan B3 Proses produksi tertunda B4 Pencetakan label kurang baik C1 Kerusakan pada plastik kemasan C2 Kerusakan pada alat bantu pengemasan C3 MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 119 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Keterlambatan pengiriman produk D1 Kerusakan produk dan kemasan pada saat pengiriman D2 Tempat pengiriman sulit dijangkau D3 Roti tidak habis terjual E1 Pembatalan pemesanan E2 Pesaing supplier roti E3 Sumber Hasil Pengolahan Data 2019 Berdasarkan pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa faktor yang memiliki limit atau bobot tertinggi yaitu pada bobot faktor penyediaan bahan baku yaitu sebesar 0,26817, kemudian faktor pengiriman pada peringkat kedua tertinggi yaitu dengan bobot sebesar 0,26665, selanjutnya faktor produksi pada peringkat ketiga dengan bobot sebesar 0,21705, faktor pengemasan pada peringkat keempat dengan bobot sebesar 0,20023 dan faktor pengembalian pada peringkat akhir dengan bobot sebesar 0,0479. Dari nilai limit atau bobot tersebut dapat diketahui bahwa faktor penyediaan bahan baku memiliki tingkat kepentingan atau prioritas yang paling tinggi dibandingkan dengan faktor lainnya. Urutan prioritas faktor risiko dari yang tertinggi yaitu faktor penyediaan bahan baku, kemudian faktor pengiriman, faktor produksi, faktor pengemasan, dan faktor pengembalian. Risk Priority Number RPN Pada tahap pengumpulan data telah dilakukan sebelumnya, didapatkan data penilaian risiko menggunakan kuesioner dari responden. Kemudian, data penilaian tersebut dilakukan kalkulasi untuk setiap risikonya dengan cara mengalikan antara severity S, occurence O, dan detection D yang disebut Risk Priority Number RPN. Perhitungan RPN dilakukan pada setiap risiko dan kemudian dilakukan kalkulasi penjumlahan RPN untuk setiap faktor. Nilai RPN menunjukkan nilai prioritas tertinggi dari faktor risiko. Hasil perhitungan RPN dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil perhitungan Risk Priority Number RPN Kualitas bahan baku kurang baik A1 Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan A2 Harga bahan baku fluktuatif A3 Ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok A4 Kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima A5 Hasil produksi roti gosong B1 Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai B2 Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 120 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Roti kurang mengembang saat proses pengembangan B3 Proses produksi tertunda B4 Pencetakan label kurang baik C1 Kerusakan pada plastik kemasan C2 Kerusakan pada alat bantu pengemasan C3 Keterlambatan pengiriman produk D1 Kerusakan produk dan kemasan pada saat pengiriman D2 Tempat pengiriman sulit dijangkau D3 Roti tidak habis terjual E1 Pembatalan pemesanan E2 Pesaing supplier roti E3 Sumber Hasil Pengolahan Data 2019 Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa nilai RPN dari yang tertinggi yaitu dari faktor produksi sebesar 1006, faktor pengembalian sebesar 966, faktor penyediaan bahan baku sebesar 893, faktor pengemasan sebesar 375, dan kemudian faktor pengiriman sebesar 352. Dari hasil perhitungan nilai RPN tertinggi dapat diketahui bahwa faktor risiko tersebut merupakan faktor risiko prioritas untuk ditangani. Urutan faktor risiko berdasarkan tingkat prioritasnya yaitu dari faktor produksi, kemudian faktor pengembalian, kemudian faktor penyediaan bahan baku, kemudian faktor pengemasan dan faktor pengiriman. Weighted Risk Priority Number WRPN Perhitungan Weighted Risk Priority Number WRPN dilakukan dengan mengalikan RPN dengan bobot atau matriks limit yang telah didapatkan sebelumnya dengan menggunakan metode Analytic Network Process ANP. Dari hasil perhitungan WRPN tesebut dapat diketahui faktor risiko tertinggi serta upaya pengendalian yang dilakukan berdasarkan Tabel 1. Hasil perhitungan WRPN dapat dilihat pada Tabel 8. MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 121 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Tabel 8. Hasil perhitungan Weighted Risk Priority Number WRPN Berdasarkan hasil perhitungan Weighted Risk Priority Number WRPN pada Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa faktor risiko penyediaan bahan baku memiliki nilai WRPN sebesar 240,1724 dan faktor risiko produksi memiliki nilai WRPN sebesar 218,5233. Dari perolehan nilai tersebut, kedua faktor risiko tersebut diperlukan tindakan pengendalian berupa mitigasi. Sementara, untuk faktor risiko pengemasan dengan nilai WRPN sebesar 74,44875, faktor risiko pengiriman dengan nilai WRPN sebesar 94,02524 dan faktor risiko pengembalian dengan nilai WRPN sebesar 46,54188 yaitu dilakukan tindakan pengendalian berupa menerima. Alternatif Strategi Mitigasi Pada tahap sebelumnya telah diketahui bahwa faktor risiko yang perlu untuk dimitigasi yaitu faktor risiko penyediaan bahan baku dan faktor risiko produksi. Mitigasi risiko dilakukan dengan menyusun strategi untuk mengurangi dampak yang diakibatkan. Untuk menyusun strategi mitigasi, faktor risiko yang terpilih tersebut dilakukan breakdown untuk mengetahui potential effect of failure, potential cause of failure, dan detection atau current control dari setiap risiko. Dari hasil breakdown dari setiap risiko tersebut dilakukan penentuan alternatif strategi mitigasi risiko. Penentuan strategi mitigasi dilakukan sebagai upaya preventif maupun represif dari setiap faktor risiko dengan mengacu pada setiap risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya. alternatif strategi mitigasi risiko tidak bersifat mutually exclusive yang memungkinkan saling berkolerasi. Dalam satu alternatif dapat menyelesaikan tidak hanya satu risiko. Kemudian, didapatkan 9 alternatif strategi mitigasi. Pertama, pengawasan kualitas bahan baku yang berdasarkan pertimbangan dari 5 uraian potential cause dan 6 uraian failure mode. Kedua, perbaikan teknik penyimpanan yang berdasarkan dari 1 uraian potential cause dan 1 uraian failure mode. Ketiga, penambahan alat pendeteksi dan pengontrol suhu dan kelembaban pada ruangan yang berdasarkan dari 2 uraian potential cause dan 3 uraian failure mode. Keempat, yang berdasarkan dari 2 uraian potential cause dan 1 uraian failure mode. Kelima, yang berdasarkan dari 2 uraian potential cause dan 1 uraian failure mode. Keenam, yang berdasarkan dari 2 uraian potential cause dan 2 uraian failure mode. Ketujuh, yang berdasarkan dari 3 uraian potential cause dan 2 uraian failure mode. Kedelapan, yang berdasarkan dari 1 uraian potential cause dan 1 uraian failure mode. Dan kesembilan, yang berdasarkan dari 1 uraian potential cause dan 1 uraian failure mode 1. Adapun penjabaran alternatif strategi mitigasi risiko yang telah ditentukan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Alternatif strategi mitigasi Alternatif Mitigasi Risiko Pengawasan kualitas bahan baku − Kondisi kemasan bahan baku kurang baik − Kurangnya standar kualitas pada supplier − Kurangnya pengawasan kualitas bahan baku − Kualitas bahan baku kurang baik − Kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima − Hasil produksi roti gosong − Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 122 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia − Kurangnya melakukan pengecekan kuantitas produk saat pembelian/tiba − Kualitas bahan baku kurang baik − Roti kurang mengembang saat proses pengembangan − Proses produksi tertunda Perbaikan teknik penyimpanan − Teknik penyimpanan kurang baik − Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan Penambahan alat pendeteksi dan pengontrol suhu dan kelembaban pada ruangan − Ruang penyimpanan tidak memiliki alat pendeteksi dan pengontrol suhu dan kelembaban Cuaca yang tidak menentu seperti hujan mengakibatkan suhu dan kelembaban meningkat − Perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan − Roti kurang mengembang saat proses pengembangan − Proses produksi tertunda − Tingginya permintaan − Kenaikan kurs mata asing − Harga bahan baku fluktuatif − Tingginya permintaan pada supplier − Kurangnya ikatan kerjasama dengan supplier − Ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia − Kesalahan pada SDM yaitu terlambat mematikan oven − Kesalahan pada SDM dalam memberikan takaran yang tidak sesuai − Hasil produksi roti gosong − Hasil produksi bentuk roti tidak sesuai Melakukan pemeliharaan mesin secara berkala − Kerusakan pada alat transportasi − Tidak melakukan pengecekan berkala − Tidak melakukan perawatan mesin − Proses produksi tertunda − Kegagalan mesin Penggunaan mesin pengganti pembangkit listrik − Tidak ada peringatan/pemberitahuan pemadaman listrik Melakukan penyediaan spare part suku cadang mesin − Penggunaan mesin secara terus menerus Pada sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh W N Tanjung, S A Atikah, S Hidayat, E Ripmiatin, S S Asti dan R S Khodijah, tahun 2019, dengan judul “Risk Management Analysis Using FMECA and ANP Methods in the Supply Chain of Wooden Toy Industry”. Hasil dari penelitian ini yaitu berdasarkan analisis risiko dalam rantai pasokan industri mainan kayu, dapat disimpulkan bahwa ada 6 faktor risiko dan 25 variabel risiko dalam rantai pasokan industri mainan kayu. Keenam faktor risiko tersebut adalah permintaan, lingkungan, keuangan, informasi, risiko operasional, dan pasokan. Risiko paling kritis dari 15 variabel risiko adalah risiko biaya/harga. Untuk risiko kritis tersebut, dikembangkan dan dikaji strategi yang direkomendasikan untuk meminimalkan risiko biaya/harga yaitu melakukan praktik akuntansi strategis dan perencanaan keuangan. Persamaan yang dimiliki antara penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode yang sama, namun pada penelitian ini mengintegrasikan “critical” pada metode FMEA, dimana lebih sesuai untuk diimplementasikan untuk rantai pasok. Selain itu, perbedaan antara penelitian ini yaitu pada MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 123 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia tema penelitian dan objek yang diteliti. Pada jurnal ini meneliti mengenai risiko rantai pasok dan pada objek mainan kayu. 4. Kesimpulan dan Saran Dari hasil identifikasi risiko, didapatkan 20 kejadian risiko dengan berasal dari 5 faktor risiko yaitu dengan 5 risiko berasal dari kegiatan penyediaan bahan baku, 6 risiko berasal dari kegiatan produksi, 3 risiko berasal dari kegiatan pengemasan, 3 risiko berasal dari kegiatan pengiriman, dan 3 risiko berasal dari kegiatan pengembalian atau return. Pada faktor risiko penyediaan bahan baku terdapat risiko yaitu kualitas bahan baku kurang baik, perubahan kualitas bahan baku dalam penyimpanan, harga bahan baku fluktuatif, ketidakpastian ketersediaan bahan baku pada pemasok, dan kesalahan kuantitas bahan baku yang diterima. Pada faktor risiko produksi terdapat risiko yaitu hasil produksi roti gosong, hasil produksi bentuk roti tidak sesuai, roti kurang mengembang saat proses pengembangan, tertundanya proses produksi, pemadaman listrik, dan kegagalan mesin. Pada faktor risiko pengemasan terdapat risiko yaitu pencetakan label kurang baik, kerusakan pada plastik kemasan, dan kerusakan pada alat bantu pengemasan. Pada faktor risiko pengiriman terdapat risiko yaitu keterlambatan pengiriman produk, kerusakan produk dan kemasan pada saat pengiriman, dan tempat pengiriman sulit dijangkau. Sedangkan, pada faktor risiko pengembalian terdapat risiko yaitu roti tidak habis terjual, pembatalan pemesanan, dan pesaing supplier roti . Dari hasil pengolahan data dengan metode ANP dan WFMEA, didapatkan faktor risiko yang memiliki tingkat prioritas tinggi untuk ditangani yaitu faktor risiko penyediaan bahan baku dan faktor risiko produksi. Hasil nilai WRPN dari faktor risiko penyediaan bahan baku didapatkan sebesar 240,1724 dan faktor risiko produksi didapatkan sebesar 218,5233. Berdasarkan hasil penilaian WRPN yang didapatkan, maka kedua faktor risiko tersebut termasuk kategori risiko yang perlu untuk dimitigasi. Faktor risiko yang perlu untuk dimitigasi dan literatur sebagai penunjang, maka dapat dirancang strategi mitigasinya yaitu antara lain pengawasan kualitas bahan baku, perbaikan teknik penyimpanan, penambahan alat pendeteksi dan pengontrol suhu dan kelembaban pada ruangan, enjaga kualitas produk, menjalin kemitraan, melakukan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, melakukan pemeliharaan mesin secara berkala, penggunaan mesin pengganti pembangkit listrik, dan melakukan penyediaan spare part suku cadang mesin. Saran yang dapat dijadikan sebagai perbaikan dan rekomendasi untuk pihak Cahaya Nikmah yaitu perlu dibuatnya Standar Operasional Prosedur SOP mengenai keseluruhan proses kegiatan di Cahaya Nikmah Bakery serta dapat dibuatnya data hasil penjualan dapat dibuat secara lebih terstruktur dan tertata seperti menggunakan Microsoft Excel untuk memudahkan pemilik untuk mengetahui hasil penjualan. Dan saran untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan HOR House Of Risk 2 dalam memilih prioritas strategi mitigasi karena metode ini dinilai dapat memperhitungkan strategi yang dianggap efektif . 5. Daftar Pustaka [1] A. Aini, Harumi; Syamsun, Muhammad; Setiawan, “Risiko Rantai Pasok Kakao Di Indonesia Dengan Metode Analytic Network Process Dan Failure Mode Effect Analysis Terintegrasi,” J. Manaj. Agribisnis, vol. 11, no. 3, pp. 209–219, 2015. [2] I. G. Agung, I. Mas, W. S. Kristinayanti, I. G. Made, and O. Aryawan, “Manajemen Risiko Proyek Pembangunan Underpass Gatot Subroto Denpasar,” J. akuntansi, Ekon. dan Manaj. bisnis, vol. 4, no. 1, pp. 1–6, 2016. [3] S. Mulyawan, Manajemen Risiko. Bandung CV Pustaka Setia, 2015. [4] Yulanita cahya Chrystanti and I. ulli Wardati, “Sistem Pengolahan Data Simpan Pinjam khusus Perempuan SPP Pada Unit Pengelola Kegiatan UPK Mitra Usaha Mandiri Program Nasional Pemberdayan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM-MPd Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan,” Joural Speed-Sentra Penelit. Eng. dan Edukasi, vol. 3, no. 1, p. 55, 2011. Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 124 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia [5] S. Santoso and R. Nurmalina, “Perencanaan dan Pengembangan Aplikasi Absensi Mahasiswa Menggunakan Smart Card Guna Pengembangan Kampus Cerdas Studi Kasus Politeknik Negeri Tanah Laut,” J. Integr., vol. 9, no. 1, pp. 84–91, 2017. [6] W. A. Syafei, K. Kusnadi, and B. Surarso, “Penentuan Prioritas Perbaikan Jalan Berbasis Metode Analytic Network Process Sebagai Komponen Menuju Kota Cerdas,” J. Sist. Inf. Bisnis, vol. 6, no. 2, p. 105, 2016. [7] K. R. Ririh, A. S. Sundari, and P. Wulandari, “Analisis Risiko Pada Area Finishing Menggunakan Metode Failure Mode Effect And Analysis FMEA Di PT. Indokarlo Perkasa,” SEMRESTEK 2018 Proc., vol. 1, no. 1, pp. 631–640, 2018. [8] E. Amrina and N. Fajrah, “Analisis Ketidaksesuaian Produk Air Minum Dalam Kemasan di PT Amanah Insanillahia,” Optimasi Sist. Ind., vol. 14, no. 1, 2015. [9] F. Basyaib, Manajemen Risiko. Jakarta Grasindo, 2007. [10] I. Fahmi, Manajemen Risiko Teori, Kasus dan Solusi. Bandung Alfabeta, 2013. [11] S. Hartawan, “Perancangan Manajemen Risiko Di Sebuah Perusahaan Furniture,” J. Titra, vol. 4, no. 2, pp. 29–36, 2016. [12] S. M. Hutajulu and Supriyanto, “Tinjauan Pelaksanaan Pelatihan dan Pengembangan Karyawan pada PT. Inalum Kabupaten Batubara,” J. Bisnis Adm., vol. 2, no. 2, pp. 30–39, 2013. [13] J. Prasetyo Irawan, I. Santoso, and S. Asmaul Mustaniroh, “Model Analysis and Mitigation Strategy of Risk in Tempe Chips Production,” Ind. J. Teknol. dan Manaj. Agroindustri, vol. 6, no. 2, pp. 88–96, 2017. [14] D. Komarasakti, “Analisis Biaya Pemeliharaan Mesin Terhadap Kualitas Produksi Pada Pt. X,” J. Comput. Bisnis, vol. 2, no. 1, pp. 52–59, 2008. [15] N. Kuswardhani and N. F. Yulian, “Supply chain risk potential of smallholder Robusta coffee farmers in Argopuro mountain area,” IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci., vol. 250, no. 1, 2019. [16] H. P. Pasaribu, “Metode Failure Mode and Effect Analysis Fmea Dan Fault Tree Analysis Fta Untuk Mengidentifikasi Potensi Dan Penyebab Kecelakaan Kerja Pada Proyek Gedung,” 2017. [17] H. Pertiwi, “Implementasi Manajemen Risiko Berdasarkan PMBOK Untuk Mencegah Keterlambatan Proyek Area Jawa Timur Studi Kasus PT. Telkom,” J. Stud. Manaj. dan Bisnis, vol. 4, no. 2, pp. 96–108, 2017. [18] E. A. Purba, “Analisis Penerapan Strategi Kemitraan Terhadap Kinerja Perusahaan Biro Teknik Listrik Studi Empiris pada Hubungan PT. PLN Persero Distribusi Jateng-DIY Area Pelayanan dan Jaringan Semarang dengan Perusahaan Biro Teknik Listrik BTL Di Wilayah Kerja AP,” J. Bisnis Strateg., vol. 18, no. 2, pp. 54–60, 2009. [19] P. EDY, “Pengaruh Quality Control Terhadap Tingkat Kerusakan Produk Pada Pt Filma Utama Soap Surabaya,” J. Penelit. Ilmu-Ilmu Sos., vol. 6, no. 2, pp. 116–121, 2006. [20] E. S. Rahayu, K. Usaha, S. Upaya, M. Daya, S. Ukm, and U. Kecil, “Kemitraan Usaha Sebagai Upaya Meningkatkan Daya Saing UKM Usaha Kecil Menengah,” EconoSAins, vol. VIII, pp. 123–130, 2010. [21] T. Rahmania, A. R. Matondang, and N. Matondang, “Perbaikan Sistem Perawatan Mesin Pada Pt Xyz,” J. Sist. Tek. Ind., vol. 18, no. 2, pp. 47–50, 2018. [22] D. P. Sari, K. F. Marpaung, T. Calvin, and N. U. Handayani, “Analisis Penyebab Cacat Menggunakan Metode FMEA dan FTA Pada Departemen Final Sanding PT Ebako Nusantara,” Pros. SNST, no. ISBN 978-602-99334-9-9, pp. 125–130, 2018. [23] R. A. Sari, R. Yuniarti, and D. P. A, “Analisa Manajemen Risiko Pada Industri Kecil Rotan Di Kota Malang,” vol. 2, no. 2, pp. 40–47, 2017. [24] H. Siahaan, Manajemen Risiko Konsep, Kasus dan Implementasi. Jakarta PT. Alex Media Komputindo, 2007. MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi p-ISSN 1693-5128, e-ISSN 2621-8933 Volume XXI, Maret 2021, Halaman 111-126 doi 125 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia [25] S. Sulaefi, “Pengaruh Pelatihan Dan Pengembangan Terhadap Disiplin Kerja Dan Kinerja Karyawan,” J. Manaj. Dan Kewirausahaan, vol. 5, no. 1, 2017. [26] W. N. Tanjung, S. A. Atikah, S. Hidayat, E. Ripmiatin, S. S. Asti, and R. S. Khodijah, “Risk Management Analysis Using FMECA and ANP Methods in the Supply Chain of Wooden Toy Industry,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng., vol. 528, no. 1, 2019. [27] P. Tarigan, E. Ginting, and I. Siregar, “Perawatan Mesin Secara Preventive Maintenance Dengan Modularity Design Pada Pt. Rxz,” J. Tek. Ind. USU, vol. 3, no. 3, pp. 35–39, 2013. [28] A. Yohanes, “Analytic Network Process ANP,” Din. Tek., vol. 8, no. 2, pp. 1–10, 2014. Koespratiwi et all/MATRIK. Maret 2021, Halaman 111-126 126 Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution International License Industrial Engineering Department University of Muhammadiyah Gresik, East Java, Indonesia Halaman ini sengaja dikosongkan Joy Prasasti Madiah Rahmadani Vinsensius Widdy Tri PrasetyoChatarina Dian IndrawatiAmelia Bakery merupakan industri rumah tangga yang memproduksi aneka cake dan roti. Amelia Bakery menjalankan usahanya dengan sistem make to order. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan produk baru sebagai alternatif dalam upaya pengembangan usaha Amelia Bakery. Peneliti melakukan uji coba penjualan produk varian baru selama tiga hari guna mengetahui peluang dan minat beli konsumen terhadap produk. Setelah dilakukan uji coba kemudian dilakukan evaluasi dan disimpulkan bahwa konsentrasi tape ketan dalam adoanan kue terlalu tinggi sehingga menyebabkan kue bantat. Selanjutnya dilkukan uji coba pembuatan tiga komposisi dengan mengurangi konsentrasi tape ketan pada adoanan kue. Komposisi A mengandung 9% tape ketan, komposisi B mengandung 6% tape ketan, dan komposisi C mengandung 3% tape ketan. Peneliti melakukan uji coba pembuatan produk dengan menggunakan komposisi A, B dan C kemudian diberikan kepada 30 responden serta pengambilan kuesioner. Dari hasil kuesioner menyatakan bahwa produk varian baru dengan komposisi adalah yang paling diminati oleh PertiwiPeningkatan jumlah pengguna mendorong percaturan bisnis telekomunikasi berkembang menjadi lebih baik, hal ini mengakibatkan persaingan di bidang tersebut semakin ketat. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk sedang melakukan proyek pembaruan infrastrukturnya. Pada tahun 2015, terjadi peningkatan jumlah proyek secara signifikan yang dikelola oleh Telkom Jawa Timur yaitu mencapai angka 105 proyek dan belum menerapkan manajemen latar belakang tersebut digunakan pendekatan manajemen risiko proyek dengan standar Project Management Body of Knowledge PMBOK yang diterbitkan tahun 1983 oleh Project Management Institute PMI. Adapun tools untuk mengukur risiko digunakan metode Failure Modes and Effects Analysis FMEA.Risiko yang menjadi prioritas dari hasil penelitian yaitu risiko keterbatasan kualifikasi tenaga kerja Mitra, adanya new item dalam pekerjaan yang belum terdapat dalam List of Materials, keterlambatan pengurusan perijinan/ sitac/ PLN/ pihak ketiga, kesalahan perhitungan nilai realisasi proyek, keterbatasan jumlah tenaga kerja Mitra, perbaikan pekerjaan yang sudah selesai rework, kurangnya komunikasi dan koordinasi, keterlambatan pemesanan material ke is a factor that has a potential to occur in every part of an industry, including its supply chain. Every industry must consider and manage its supply chain risks in order to minimize losses while improving performance. In this study, a supply chain risk management SCRM approach was conducted in the supply chain of wooden toy industry as a way to minimize the impact of risk. In this case, SCRM method is done by identifying risks, assessing risks using the failure mode effect criticality analysis FMECA method to determine the risk priorities that must be mitigated, and establish strategies to mitigate the risk with analytical network process ANP method. Thus, the risk priority in the wooden toy industry’s supply chain is the cost/price risk with the highest WRPN value of 33,379. In order to mitigate the cost/price risk, conducting strategic accounting practices and financial planning are recommended to be considered as its Kuswardhani Nia YulianThe supply of coffee can be varied depending on several factors such as low productivity, low quality and behind the control of producers weather, disease. Due to inelastic demand and supply, any change in supply can cause fluctuation in market price. However, coffee farmers face several problems including the various risk involved in the coffee supply chain. The aim of this research was to identify various risks involved in the coffee supply chain and to analyze and evaluate the supply chain actors' members with the highest risk in the coffee supply chain management. The study was conducted in small enterprise of robust coffee in Argopuro mountain area Jember District, East Java. Analytical Network Process ANP and Weighted Failure Mode Effect Analysis WFMEA method was used to determine and analyze the highest risk in the coffee supply chain. The results showed that there were six risks identified in the supply chain, such as the quality of Robusta coffee production, prices, supply, environment and transport. The priority of the members of the value chain in the coffee supply chain risk management were the farmer with the greatest priority was quality risk WRNP qualitative interviews to understand the mindset of family business leaders in succession, this Supply Chain Management is important in industry. Vendor is the key component in the supply chain flow. A company abbreviated as UTPE is one of the biggest manufacturing companies in Indonesia that produces heavy equipment. The main materials are plates and spare parts that have been supplied by eight vendors. The current system of vendor selection is based on tardiness of delivery time, but every vendor has different frequency of delivery so that it cannot be compared. Therefore, the appropriate criteria and sub criteria are required to create a new system of vendor selection. The criteria and sub criteria are determined based on the previous research and interview with an expert in the company. There are 5 criteria and 17 sub criteria that are approriate for vendor selection. ANP is the development of Analytical Heuristic Process AHP by considering dependency between elements of hierarchy. By using ANP, the interdependency between criteria, sub criteria and their weight can be defined. Data collection is done by using observation, interview and questionnaire. Sub criteria long term relationship has the highest weight and vendor abbreviated as GH is the best vendor with score of 5. Elita AmrinaNofriani FajrahNowadays, the development of industry is increasing very rapidly. It can be known as the high competition between companies. Not only large and international scaled companies, small and medium-sized companies are also face the same challenges in the global competition. Therefore, the companies need to conduct a quality control to maintain the quality of products produced and to achiece the conformance to specifications of product that has standardized by the company policies in order to improve the customer satisfaction. PT Amanah Insanillahia is a company involved in the bottled water industry. Based on the preliminary study, it shown the quality control only conducted to check the number of defective products produced without further evaluation and analysis. Therefore, there is a need to analyze the data of defective products produced and evaluate the results. The purpose of this study is to analyze the nonconformity product of the bottled water 600 ml brand PRIM-A. The p-chart is used in this research to analyze the number of defective products. Then, the fishbone diagram is used to analyze the causes of defective products. The results show that there is no data out of the control limits and mostly the data near in the central line of the p-chart. Using the fishbone diagram, it concluded that factors of man, machines, materials, methods, and environment are the causes of nonconformity products of the bottled water 600 ml brand PRIM-A. It is hoped this study will beneficial for the company to improve the product quality as well as to increase the customer satisfaction. Key WordsBottled water, nonconformity, p-chart, quality, fishbone diagram Abstrak Dewasa ini perkembangan dunia industri bergerak sangat pesat. Hal ini dapat diketahui berdasarkan persaingan antar perusahaan yang semakin meningkat dan lebih ketat. Tidak hanya perusahaan berskala besar dan internasional, namun perusahaan kecil dan menengah juga mengalami persaingan global. Oleh karena itu perusahaan perlu melakukan pengendalian kualitas untuk mempertahankan kualitas dari produk yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan perusahaan sehingga akan menciptakan kepuasan konsumen. PT Amanah Insanillahia merupakan perusahaan yang bergerak di industri Air Minum Dalam Kemasan AMDK. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan diketahui bahwa pengendalian kualitas hanya dilakukan dalam batas pengecekan jumlah produk cacat yang dihasilkan tanpa dievaluasi maupun dianalisis lebih lanjut. Oleh karena itu perlu untuk menganalisis data produk cacat yang dihasilkan dan mengevaluasi hasilnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ketidaksesuaian produk air minum kemasan botol 600 ml merek PRIM-A. Peta p digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis jumlah produk yang cacat. Kemudian diagram fishbone digunakan untuk menganalisis penyebab ketidaksesuaian produk. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat data yang keluar batas kontrol dan sebagian besar produk berada didekat garis tengah dari Peta kendali p. Dari diagram fishbone didapatkan bahwa faktor manusia, mesin, bahan baku, metode, dan lingkungan merupakan penyebab ketidaksesuaian produk air minum kemasan botol 600 ml merek PRIM-A. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk dan kepuasan konsumen. Kata Kunci Air minum dalam kemasan, ketidaksesuian, peta p, kualitas, diagramfishboneTiara RahmaniaAbdul Rahim MatondangNazaruddin MatondangPT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri pakan ternak. Proses produksi pada perusahaan ini sering mengalami kendala seperti adanya kerusakan mesin. Hal ini mengakibatkan terjadinya downtime dengan rata-rata per bulan yang terjadi tahun 2014 sampai Oktober 2015 sebesar 11,21% atau 43,05 jam. Perbaikan sistem perawatan mesin dapat dilakukan untuk mengurangi downtime tersebut. Sistem perawatan maintenance yang berjalan pada perusahaan ini menerapkan metode corrective maintenance dan preventive maintenance. Sistem perawatan usulan yang diberikan yaitu jadwal penggantian spare part berdasarkan perhitungan Total Minimum Downtime. Interval penggantian yang diusulkan untuk komponen kritis Hammer Mill yaitu Beater PCD 80mm 5x50x150xØ17mm 288 jam, Screen 695x1120x3DxØ3mm 320 jam, Screen 695x1120x3DxØ8mm 416 jam dan Hammer Bolt 700-2D 480 jam. Selain itu, untuk mendukung sistem perawatan yang diusulkan maka diperlukan persediaan spare part yang optimal. Dengan menerapkan sistem perawatan usulan terjadi penurunan downtime pada perusahaan yang cukup signifikan sebesar 29,97% dan peningkatan nilai keandalan sebesar 37,05%.Smart city become a demand for people to live in more comfort and easier. Knowledge is needed in every decision support system in smart city. This paper presents a research in determining the priority order of road handling based on level of service by using Analytic Network Process which is implemented into decision support systems as a component toward smart city. Variables used refers to the Highway Capacity Manual Indonesia based on the volume of traffic and the road characteristic data. Analytic Network Process is used because of its advantages in conducting multi-criteria assessment on the basis of the subjective judgment of decision makers and can combine quantitative and qualitative data. From the results of the validation test between the system output and outcome data field issued by Dishubinkom Cirebon, the accuracy of the test results of 10 streets in the city of Cirebon with validation test Spearman Rank correlation is equal to The results showed Analytic Network Process can be implemented and an appropriate solution indetermining the road handling priority.

Masingmasing sistem memiliki kelebihan dan kekurangan, namun secara garis besar tiap tahapan proses memiliki prinsip yang hampir sama. Berikut adalah tahap-tahap proses pembuatan roti: A. PEMILIHAN BAHAN BAKU. Untuk menghasilkan produk roti dengan kualitas yang baik, tahap pertama yang harus dilakukan adalah memilih bahan baku yang baik.

404 Not Found - NotFoundHttpException 1 linked Exception ResourceNotFoundException » [2/2] NotFoundHttpException No route found for "GET /Top/membuat-web-yang-menghasilkan-uang-2996070" [1/2] ResourceNotFoundException Logs Stack Trace Plain Text

Supayapengembangan adonan agar mencapai bentuk dan kualitas yang maksimal. Anda juga dapat melakukannya dengan membuat uap air dan pastikan proses ini dilakukan dengan benar, karena akan menentukan hasil akhir dari roti. Gunakan . Kesepuluh, Pembakaran Adonan. Temperatur oven sangat menentukan kualitas akhir dari roti yang dibuat. Pada roti

Inilah sebutkan bahaya yg dapat terjadi di pabrik pembuatan roti dan hal lain yang berhubungan erat dengan sebutkan bahaya yg dapat terjadi di pabrik pembuatan roti serta aspek K3 secara umum di Indonesia. …di ketinggian, seperti bahaya mekanis, bahaya listrik bahaya kimiawi, bahaya fisik, dan bahaya biologis. Mari kita bahas satu persatu untuk jenis-jenis bahaya yang di dapat jika bekerja di ketinggian ……para pekerja maupun masyarakat hazard yang terkait isu higiene industri diantaranya Bahaya fisik Bahaya timbul dari excess-nya tingkat kebisingan, radiasi non-pengion/pengion, suhu ekstrim dan pressure tekanan Bahaya Kimia……alkohol dan obat-obatan 8 Kegiatan konstruksi – bahaya dan kontrol • Bahaya konstruksi Umum dan kontrol • Bekerja di ketinggian • Penggalian • Kesehatan bahaya biasa ditemui dalam kegiatan konstruksi……dapat diketahui kapan terjadinya, jadi diperlukan sistem manajemen atau perencanaan yang bertujuan untuk Mempersiapkan diri menghadapi bencana atau kejadian yang tidak diinginkan. Mengidentifikasi sumber data yang tersedia untuk melihat kapasitas……bagaimana bahaya tersebut ditanggulangi dan dikendalikan. Pengendalian bahaya tersebut melalui perencanaan formal dan prosedur mitigasi atau penghapusan kondisi berbahaya. Karyawan harus benar-benar dilatih tentang prosedur pelaporan keselamatan bahaya resmi. Subcontractors……eksistensinya sehinggga dapat terlihat dengan mudah. Sebagai contoh,di dalam suatu pabrik kimia,terdapat berbagai jenis bahan dan bertahun tahun di dalam pabrik tersebut tidak pernah terjadi kecelakaan atau kejadian menyadari jika dirinya tertidur atau akan memasuki kondisi tidur. Microsleep ditandai dengan gerakan kepala seperti mengangguk, mengedipkan mata yang terlalu sering atau bahkan dapat terjadi dalam keadaan mata terbuka…Demikianlah beberapa ulasan artikel tentang sebutkan bahaya yg dapat terjadi di pabrik pembuatan roti yang dapat Anda jadikan referensi untuk mengetahui lebih jauh mengenai sebutkan bahaya yg dapat terjadi di pabrik pembuatan K3 lainnya yang bisa Anda pelajari adalah contoh komunikasi vertikal, contoh buku laporan harian satpam, prosedur K3 yang berlaku di industri, tugas 3 membaca teks anekdot dalam puisi, soal pilihan ganda tentang integrasi nasional, kata kata operator excavator, contoh amdal pabrik rokok, contoh soal negosiasi essay, soal dan jawaban integrasi nasional, tujuan amdal sebagai instrumen pengendalian dan sebagainya. DIPERUSAHAAN ROTI GANEP'S FAKULTAS EKONOMI commit to user i IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO PADA PROSES PEMBUATAN ROTI KECIK . SURAKARTA. TUGAS AKHIR . Diajukan untuk Memenuhi Syarat - S. yarat Mencapai Sebutan. Ahli Madya Manajemen Bisnis . Oleh : BAGAS GUMILANG . NIM . F35110. 16 . PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN

Inilah sebutkan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan roti dan ulasan menarik lainnya seputar kesehatan dan keselamatan kerja K3 ditinjau dari semua aspek K3 di Indonesia.…senasib sepenanggungan bagi rekan-rekan semua akan menyampaikan pesan-pesan keselamatan yang berkaitan dengan bahaya-bahaya yang selalu mengintai ditempat kerja dan bagaimana cara mengatasinya. Bahaya-bahaya yang ada ditempat kerja ada bermacam-macam, bahaya-bahaya……debu kain floating fiber. Sumber bahaya lain adalah permasalahan ergonomi seperti lamanya waktu kerja duduk dan berdiri pengulangan gerakan kerja dan lainnya. Cvetko Z. Trajković, dkk, juga menunjukkan sumber-sumber bahaya……risiko kebakaran. Setelah mengidentifikasi bahaya kebakaran, yang paling berbahaya harus ditangani terlebih dahulu sebelum yang kurang destruktif. Selain membuat anggota staf baik informasi tentang rute melarikan diri dan kebakaran perangkat…Sebuah poster kesehatan dan keselamatan kerja k3 adalah sebuah poster yang menjelaskan aturan atau memberikan saran yang dirancang untuk membuat orang keluar dari bahaya di tempat kerja seperti kantor, pabrik,……unsur Safety Hazard dan Health Hazard. Safety Hazard berkaitan dengan Bahaya mekanik, elektrik, kinetik, dan tekanan. Sedangkan Healh Hazard berkaitan dengan Bahaya Fisika, Kimia, Biologi, Psikologi dan Ergonomi. Semua aktivitas……mereka gunakan. 4 Untuk mengetahui pemeliharaan daftar semua kecelakaan, bahaya ringan dan bahaya serius. 5 Dalam rangka untuk mencari reaksi perusahaan terhadap, kecelakaan dan pemberian kompensasi. 6 Untuk menemukan penyebab……begitu kita bisa memahami potensi-potensi bahaya apa saja yang mungkin ditimbulkan dari pekerjaan kita. Jika kita mengetahui itu semua, maka kita bisa meminimalisir bahkan menghilangkan potensi bahaya yang ada dari…

Inilahsebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi dipabrik pembuatan roti dan hal lain yang berhubungan erat dengan sebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi dipabrik pembuatan roti serta aspek K3 secara umum di Indonesia. Training Pelatihan dan Sertifikasi Ahli K3 Listrik di Jantho - Aceh Besar
› Industri roti sempat menurun pada masa pandemi Covid-19 karena pembatasan sosial. Namun, di sisi lain, industri roti skala rumah tangga berpotensi berkembang seiring meningkatnya hobi yang menjadi bisnis skala kecil. KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Kesibukan di sebuah industri roti skala rumah tangga di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Jumat 7/8/2020. Pandemi Covid-19 memukul usaha rumahan tersebut, tetapi masih aktivitas masyarakat akibat pandemi Covid-19 sedikit banyak berdampak pada industri roti. Namun, perubahan pola konsumsi masyarakat yang mulai menjadikan roti sebagai makanan utama bisa menyelamatkan bisnis roti menjadi salah satu sektor yang terdampak dari pembatasan kegiatan masyarakat, baik pembatasan sosial berskala besar PSSB maupun pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat PPKM. Pembatasan hingga penutupan aktivitas perdagangan dan jasa, seperti hotel, restoran, dan pusat perbelanjaan, membuat permintaan roti menurun. Survei yang dilakukan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah terhadap 202 pengusaha roti di Jakarta dan Surabaya menunjukkan, sekitar 94 persennya terdampak Covid-19. Lihat juga Berjuang Hadapi Tantangan UsahaMerujuk pemberitaan Kompas 15/6/2020, penurunan omzet industri roti mayoritas disebabkan berkurangnya pengunjung outlet. Kemudian menurunnya penjual dan merosotnya pengambilan produk reseller. Sebagian pengusaha roti ada yang sudah mencoba strategi bisnis daring, tetapi kenaikannya hanya sekitar 14 naikNamun, di balik penurunan permintaan tersebut, ada harapan cerah industri roti bisa bangkit kembali dan akan tetap berkembang. Perkembangan tersebut tak lepas dari meningkatnya ekonomi kelas menengah, pendapatan kelompok muda yang semakin tinggi, dan perubahan pola konsumsi masyarakat yang cenderung mengikuti gaya hidup WIJAYANTO Displai berbagai jenis cemilan, mulai dari roti kering hingga keripik, di Pasar Jatinegara, Jakarta, Mei 2012. Dibutuhkan kreativitas untuk menyajikan dan mengolah makanan dari bahan yang banyak terdapat di sekitar kita agar menjadi industri yang bertajuk ”Bakery Ingredients” EIBN Reports 2019 menyebutkan, segmen roti Indonesia sekarang terbagi tiga kelas, yaitu kelas atas roti dan pastry ala Eropa dan Amerika Serikat, kelasa menengah roti pastry berkonsep Jepang dan Asia, serta kelas menengah ke bawah roti putih dan manis.Roti ala Eropa dan AS yang digemari kelas atas cenderung lebih tawar plain dengan tekstur padat. Adapun roti berkonsep Asia lebih bermain pada variasi isi roti, seperti kacang merah, ubi jalar, atau kombinasi unik, seperti bawang putih dan krim ala Indonesia lebih manis, ringan, dan bertekstur empuk. Rasanya juga bervariasi dengan tambahan ceri, bluberi, dan kacang almon. Selain itu, juga mulai berkembang roti artisan yang pembuatannya mengutamakan kesegaran tinggi dan tanpa bahan konsumsi roti pun cenderung meningkat. Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian pada 2013, konsumsi roti tawar dan manis masih 0,85 kilogram per kapita. Lima tahun berikutnya naik menjadi 3,15 kilogram per kapita. Begitu juga dengan biskuit, naik dari 0,69 kilogram per kapita 2013 menjadi 1,83 kilogram per kapita 2018.Konsumsi hotel dan restoran/kafe memang menurun, tetapi bisa jadi konsumsi rumah tangga meningkat. Roti yang dulunya dianggap sebagai makanan sampingan camilan mulai menjadi makanan pokok bagi sebagian kelas menengah atas. Apalagi, saat Lebaran atau Natal, konsumsi roti hantaran Meskipun sejumlah industri roti menurun di masa Covid-19 ini, ada yang bertahan, bahkan berekspansi. Misalnya, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI yang membangun dua pabrik roti pada Agustus 2020 yang sebelumnya mengoperasikan 14 pabrik di 13 wilayah di tingkat Asia, mengutip laman mordorintelligence, usaha bakery dalam periode 2020-2025 diprediksi rata-rata tumbuh 8,33 persen per tahun. Hanya saja, di pasar Asia, ada perbedaan dalam selera konsumen, yaitu roti artisan dengan aneka rasa yang inovatif serta jenis roti berserat tinggi, bebas gluten, dan rendah HELABUMI Penjual roti keliling melintas di Jalan Mangga Dua Raya, Pinangsia, Jakarta Barat, Senin 21/12/2020. Pandemi Covid-19 membuat penjualan perusahaan roti di Indonesia, menurut laman Kementerian Perindustrian, hingga 2019 mencapai 586 unit. Industri roti rumahan pun diperkirakan naik pada masa pandemi. Mengacu pada survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, September lalu, hampir 70 persen responden menjadi lebih sering memasak selama pandemi. Hal ini menumbuhkan hobi baru memasak, salah satunya membuat roti. Merujuk pada pemberitaan media massa, hobi ini berkembang menjadi bisnis bagi industri roti adalah harga tepung terigu yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, pada Desember 2016 harga tepung terigu masih Rp per kilogram. Selanjutnya pada Maret 2020 harganya naik 6,3 persen menjadi Rp per juga IA-CEPA dan Relasi Gandum yang Bertepuk Sebelah TanganDi sisi lain, industri roti masih cukup bergantung pada bahan baku impor. Ketergantungan pada impor ini terjadi sejak 1990-an dan belum bisa dipenuhi dari pasar dalam negeri. Impor terigu pun selama tiga tahun terakhir terus naik. Tahun 2017, Indonesia mengimpor terigu ton dan pada 2019 volume impor meningkat menjadi roti sempat menurun pada masa pandemi karena pembatasan sosial. Namun, di sisi lain, industri roti skala rumah tangga berpotensi berkembang yang dipicu perubahan pola konsumsi roti hingga hobi baru yang menjadi bisnis. Hanya saja, bahan baku utama roti yang masih mengandalkan impor menjadi tantangan Pekerja mempersiapkan tepung terigu untuk produksi di pabrik roti skala kecil di kawasan Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu 11/1/2020.
.
  • m9likia5ec.pages.dev/24
  • m9likia5ec.pages.dev/235
  • m9likia5ec.pages.dev/153
  • m9likia5ec.pages.dev/373
  • m9likia5ec.pages.dev/178
  • m9likia5ec.pages.dev/192
  • m9likia5ec.pages.dev/283
  • m9likia5ec.pages.dev/89
  • m9likia5ec.pages.dev/348
  • sebutkan kemungkinan bahaya yang akan terjadi di pabrik pembuatan roti